BANGLI | patrolipost.com – Melonjaknya harga telur yang berlangsung sejak beberapa pekan terakhir, membuat perajin kue putar otak agar tidak rugi. Walaupun harga telur naik, namun perajin kue tidak berani menaikkan harga produk lantaran khawatir kehilangan pelanggan.
Salah satu perajin kue bolu, Ni Luh Putri Cahyani (27) mengatakan, kenaikan harga telur cukup signifikan yakni Rp 10 ribu per tray. Naiknya harga telur sangat berpengaruh terhadap biaya produksi, maka keuntungannya yang didapat menjadi turun.
“Meski harga bahan naik, kami tidak berani menaikkan harga. Takutnya pelanggan beralih ke tempat lain, apalagi usaha seperti ini banyak,” ungkapnya, Selasa (30/8/2022).
Kata perajin kue asal Desa Penglumbaran, Kecamatan Susut ini untuk menyiasati kenaikan bahan baku hanya bisa dilakukan dengan memperkecil ukuran kue. “Walau harga bahan baku naik, kami tetap menjaga kualitas. Tidak ada pengurangan bahan-bahan seperti telur tetap sesuai takaran,” jelasnya.
Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan pasar saat hari biasa, dirinya bisa membuat adonan kisaran 25 kilogram. Untuk membuat adonan tersebut setidaknya membutuhkan 10 tray telur. Sedangkan jika hari raya besar bisa membuat adonan hingga 100 kilogram.
Kue bolu hasil produksi dipasarkan di beberapa pasar seperti Pasar Kayuambua, Pasar Kintamani. Selain itu banyak pedagang yang mengambil di tempatnya untuk dijual kembali. Kemudian untuk harga produk bervariasi mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 55.000 per buah.
”Telur kami dapat dari peternak ayam di seputaran desa, kami berharap agar harga telur alami penurunan,” ujarnya. (750)