DENPASAR | patrolipost.com – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas di Bali dimulai pada hari ini, Senin (4/10/2021). Namun, awal kegiatan belajar mengajar secara langsung di tengah pandemi ini, bukan berarti dilakukan secara serentak.
Dalam SE Gubernur Bali No. B.31.420/76560/DIKPORA disebutkan, sekolah yang belum siap membuka PTM Terbatas tetap diizinkan mengggelar pembelajaran jarak jauh. Kepala SMA PGRI 2 Denpasar I Putu Arta menyikapi dengan mengundur pelaksanaan PTM Terbatas tersebut.
“Secara sarana prasarana dan syarat administrasi kami sudah lengkap, bahkan kami juga telah melakukan beberapa kali simulasi,” kata Komang Arta Saputra di Denpasar, Senin (4/10/2021).
Keputusan mengundurkan PTM Terbatas itu itu bukan tanpa alasan. Pihaknya memandang, pelaksanaan PTM terbatas bukan sebatas pertemuan siswa dan kesiapan sekolah semata. Tapi juga perlu memandang lebih bijak potensi penularan Covid-19 di sekolah.
Sebab, kata Komang Arta, bukan tidak mungkin sekolah yang telah siap sepenuhnya justru akan memicu klaster baru.
“Dalam seminggu ini saya akan melihat dan mengevaluasi perkembangan PTM Terbatas di Bali. Dari situ kami akan putuskan untuk segera membuka pembelajaran tatap muka,” jelasnya.
Dari sisi kesiapan sarana dan prasarana, SMA PGRI 2 Denpasar memasang alat pemindai suhu tubuh di sejumlah akses siswa keluar masuk sekolah. Pihaknya juga telah mengajukan permohonan PTM Terbatas ke Satgas Covid-19 Kota Denpasar.
Selain itu, koordinasi dengan layanan kesehatan di tingkat kecamatan juga dilakukan untuk mengantisipasi jika ada yang mengalami gangguan kesehatan saat PTM Terbatas.
“Kami juga perlu menyiapkan ruang isolasi. Bagi siswa yang mengalami gangguan kesehatan ringan bisa dirawat di UKS. Namun kalau agak berat kami berkoordinasi dengan Puskesmas,” jelasnya.
Dari simulasi yang sudah dilakukan, pihaknya terus melakukan evaluasi. Mengingat, perubahan perilaku di masa pandemi mutlak dibutuhkan untuk menekan penularan baru. Hal itu juga berlaku bagi guru, petugas sekolah dan siswa.
“Jadi kemarin kita lakukan simulasi dan ada guru yang secara tidak sadar berjalan keliling kelas, itu tidak boleh. Guru harus tetap berada di depan kelas. Hal-hal kecil tapi berpotensi semacam itu yang kami antisipasi,” kata Komang Arta. (pp03)