JAKARTA | patrolipost.com – Sekretaris Jenderal PDI-Perjuangan Hasto Kristiyanto membantah pergi ke Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jakarta, untuk berlindung saat ada kabar operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menyeret mantan Komisioner KPU Wahyu Setiawan. Ia mengklaim sejak Rabu (8/1) sibuk mempersiapkan penyelenggaraan Rakernas PDIP 2020 bersama jajarannya.
“Termasuk contoh (isu) PTIK, ya disebut-sebut saya berada di PTIK. Teman-teman semua tahu ini rapat kerja nasional dan HUT partai memerlukan sebuah konsentrasi. Saya sejak kemarin mempersiapkan seluruh penyelenggaraan rakernas ini,” klaimnya, saat ditemui di arena Rakernas PDIP, JiExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (10/1/2020).
Sebelumnya, beredar kabar Hasto akan dijemput untuk diperiksa Tim KPK di PTIK. Namun usaha KPK terhalang karena dilakukan pemeriksaan terhadap tim dari KPK. Bahkan sejumlah penyidik KPK diinterogasi serta dites urine oleh petugas di PTIK.
Hasto menegaskan, isu dirinya melarikan diri ke PTIK ini hanyalah framing dari pihak tertentu. Tak hanya soal isu PTIK, Hasto menilai isu dua stafnya ditangkap KPK sebagai bentuk pembingkaian atau framing dari pihak tertentu. Menurut dia, stafnya saat ini sedang bersama dirinya mengikuti Rakernas PDIP dan tidak ditangkap KPK.
“Seolah-olah yang namanya Doni itu staf kesekjenan ditangkap. Saya mencari yang namanya Doni staf saya, ini namanya Doni di sebelah saya. Itu sebagai contoh framing,” kata dia.
Diberitakan sebelumnya, Pelaksana Tugas Juru Bicara Penindakan KPK Ali Fikri mengatakan tim penyelidik KPK sempat digeledah dan dites urine saat menyambangi PTIK. Padahal, kata dia, tim KPK hanya ingin salat di Masjid PTIK. Ia tidak menjelaskan secara detail mengapa timnya memilih salat di sana.
Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar menuturkan kehadiran tim KPK tidak diketahui oleh pihak kepolisian. Ia menampik kehadiran pegawainya untuk melakukan kegiatan tangkap tangan.
Sebelumnya, KPK menetapkan Komisioner KPU Wahyu Setiawan sebagai tersangka suap proses PAW caleg PDIP. Dalam kasus ini, KPK juga menangkap pihak swasta berinisial DNI atau DON. Sejumlah sumber menyebut pria berinisial DON itu merupakan staf Hasto Kristiyanto. (807)