JAKARTA | patrolipost.com – Jagat maya dihebohkan video klarifikasi dari pria bernama Ivan Kuncoro yang mengaku pemilik hiburan malam Valhalla Spectaclub Surabaya. Warganet serta media keliru selama ini menyebut Ivan Sugianto, pria yang memaksa siswa sujud dan menggonggong seperti anjing itu pemilik tempat hiburan malam tersebut.
Dalam video tersebut, seorang pria bernama Ivan Kuncoro menyatakan bahwa Valhalla Spectaclub tidak ada hubungannya dengan Ivan Sugianto. Pengakuan ini sekaligus meluruskan informasi yang selama ini beredar di masyarakat. Klarifikasi ini menjadi sorotan karena mengungkap kesalahpahaman yang telah berkembang di tengah publik.
Dengan fakta baru ini, masyarakat diharapkan lebih berhati-hati dalam menerima informasi yang beredar dan memverifikasi kebenarannya sebelum menyimpulkan sesuatu.
“Salah besar. Sebenarnya yang dimaksud Valhalla itu adalah saya, Ivan Kuncoro,” ungkapnya dalam video unggahan akun TikTok @/cak.cuk.law.
Selain viral setelah diketahui bukan pemilik Valhalla Spectaclub, nasib Ivan Sugianto semakin nelongso setelah diringkus pihak kepolisian atas ulahnya memaksa murid bersujud dan menggonggong.
Ramai sebelumnya diberitakan Ivan Sugianto marah kepada seorang murid sebab tak terima anaknya diledek. Akar masalahnya bermula ketika anaknya yang bersekolah di SMA Kristen Gloria 2 disebut memiliki gaya rambut yang aneh oleh murid lain.
Setelahnya kelakukan Ivan Sugianto viral di media sosial usai dirinya mengintimidasi siswa berinisial EN hingga memaksanya bersujud minta maaf sambil menggonggong.
Buntutnya, SMA Kristen Gloria 2 tempat korban bersekolah membawa kasus itu ke jalur hukum pada Kamis, 28 Oktober 2024. Tak lama kemudian Ivan Sugianto meminta maaf atas kejadian tersebut dan mengaku menyesal.
“Saya Ivan Sugianto sebagai orang tua dari Excel, saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya. Dan saya benar-benar menyesal atas perbuatan dan kegaduhan yang telah terjadi,” kata Ivan dalam rekaman video yang diperoleh kalangan jurnalis.
Tak hanya terancam pidana, harta milik pria yang disebut-sebut sebagai pengusaha papan atas di Surabaya itu dibidik Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Rekening milik Ivan Sugianto disebut telah diblokir oleh PPATK. Termasuk rekening Valhalla Spectaclub Surabaya yang ramai disebut-sebut salah satu klub milik Ivan.
“Rekening Ivan dan pihak-pihak terkait sudah terdeteksi sebelumnya, terkait dengan aktifitas ilegal. TPPU (tindak pidana pencucian uang),” kata Kepala PPATK Ivan Yustiavandana dalam keteranganya.
Ivan menjelaskan, ada beberapa orang yang saat ini sedang menjalani proses hukum. Berdasarkan hasil pendalaman aparat penegak hukum itu kemudian ditemukan aliran uang kejahatan ke rekening yang dipegang oleh Ivan Sugianto.
Mirip Kasus Mario Dandy
Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menilai kasus pengusaha Ivan Sugianto mirip dengan Mario Dandy Satriyo. Hal itu terkait dengan langkah Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir rekening Ivan Sugianto.
Menurut Reza Indragiri Amriel, kasus tersebut mirip dengan penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satriyo kepada Cristalino David Ozora. Akibatnya, ayah Mario Dandy, Rafael Alun Trisambodo ikut terseret terkait kasus gratifikasi dan tindak pidana pencucian uang alias TPPU. Mantan pejabat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan itu divonis 14 tahun penjara. Sementara Mario Dandy divonis pidana penjara selama 12 tahun.
“Nah ini mengingatkan kita pada kasus yang namanya Mario Dandy. Kasus anak orang tua ikut kena. Keluarga besar akhirnya ikut terdampak,” kata Reza dikutip TribunJakarta.com dari akun Youtube Diskursus.Net, Sabtu (16/11/2024).
Menurut Reza, setiap kasus juga harus dipertimbangkan apakah melalui restorative justice atau litigasi. Reza lalu menyinggung proses hukum yang ideal harus memenuhi tiga ciri yakni berlangsung cepat, sederhana dan berbiaya murah.
“Kalau tiga ciri ini ingin direalisasikan, ya sudahlah menurut saya tidak usah sampai berlanjut ke pengadilan lah gitu ya,” katanya.
Ia menilai kedua belah pihak yakni Ivan Sugianto dan keluarga anak yang disuruh bersujud dan menggonggong saling membuka diri dan hati untuk menyelesaikan masalah secara kekeluargaan.
“Saya masih berpikiran sampai sekarang tidak ada asap tanpa api seperti itu tapi kalau kemudian apinya dicari boleh jadi masalahnya akan melebar ke mana-mana kan,” ujarnya.
“Kalau melebar ke mana-mana tambah lagi. Kemudian masing-masing pihak bersemangat untuk membawa ke ranah hukum maka hitung-hitungan saya tidak akan lagi proses hukum atas kasus ini akan cepat akan sederhana dan akan berbiaya murah,” imbuhnya
Bila dipaksakan melalui jalur ligitasi hingga ke persidangan hingga divonis bersalah dan dipenjara, ia menilai agak berlebihan.
“Barangkali kalau sebatas kita bicara tentang retributif yaitu memuaskan kekesalan kita pokoknya ini orang harus dibikin sakit, barangkali kita akan merasa lega akan merasa puas persoalan dianggap tuntas kalau orang ini sudah dikirim ke penjara,” katanya.
“Tapi kan pertanyaan memang di penjara tidak ada anggaran,” imbuhnya.
Oleh karena itu, ia menilai agar dicari cara lain agar pelaku jera sehingga tidak mengulangi perbuatannya. Korban, kata Reza, juga bisa dipulihkan haknya.
“Ketimbang semata-mata kita retributif balas dendam meluapkan kekesalan,” ujarnya.
Kondisi Ivan Sugianto
Polrestabes Surabaya memastikan kondisi Ivan Sugianto, pengusaha Surabaya yang ditangkap polisi usai viral memaksa siswa SMA Gloria 2 sujud dan menggonggong, tak berbeda dengan tahanan lain. Ivan Sugianto akan menghuni ruang tahanan Polrestabes Surabaya tanpa fasilitas istimewa.
Hal ini ditegaskan Kasubag Humas Polrestabes Surabaya, AKP Rina Shanty Nainggolan menanggapi tudingan dari netizen yang menyebut Ivan bakal tetap hidup enak di penjara, karena kenal banyak pejabat di Kepolisian.
Rina memastikan Ivan akan tidur di ruang tahanan tanpa kasur, dan tidak terpasang AC.
“Fasilitasnya cuma makan dua kali sehari. Bisa ditanyakan orang yang pernah masuk penjara,” ucapnya.
Rina juga menanggapi kabar yang viral di media sosial X (Twitter) yang meragukan apakah sosok yang ditangkap itu benar-benar Ivan. Keraguan ini muncul karena beredarnya foto-foto Ivan sebelum terlibat masalah dengan sejumlah pejabat Kepolisian.
Bahkan, ada netizen yang berlagak seperti ahli cocoklogi, mencocokkan ciri-ciri Ivan dari foto-foto lamanya dengan penampilan saat ditangkap.
“Tugas polisi adalah melakukan penindakan hukum. Mau netizen bilang kami bagaimana, itu urusan netizen. Mau kami klarifikasi kayak gimana, tetap nanti blunder sama netizen,” kata Rina. (807)