GIANYAR | patrolipost.com – Untuk menghindari kepunahan, 500 kura-kura moncong babi (Carettochelys insculpta) direlokasi dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Papua.
Marcom Executive Bali Safari and Marine Park Bintang Anggara mengatakan, tujuan dari relokasi melepaskan kura-kura ke habitat alaminya, serta memungkinkan mereka untuk berkembang biak dan berkontribusi pada keseimbangan ekologis lingkungan asli mereka. Relokasi juga bertujuan untuk pelestarian warisan budaya dan keanekaragaman hayati.
“Kura-kura ini memiliki makna budaya yang mendalam, mewakili kekayaan warisan dan keanekaragaman hayati Indonesia,” kata Bintang Anggara, Kamis (6/7/2023).
Kura-kura moncong babi memiliki nilai ekologis dan budaya yang besar. International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) mengklarifikasi spesies kura-kura moncong babi saat ini terancam punah.
Sebelumnya, pada 2015 Bali Safari menerima 2.341 kura-kura moncong babi yang disita oleh BKSDA Bali. Kura-kura itu berukuran kecil sekitar 5-6 cm dalam keadaan stres dan cidera. Kura-kura itu direhabilitasi di Bali Safari and Marine Park.
Akan tetapi, karena populsi semakin banyak dan terjadi kanibalisme selama rehabilitasi sebagian kura-kura itu tidak bisa diselamatkan. Pada 2022, populasi mereka menyusut menjadi sekitar 900 ekor.
“Meski demikian, tim yang berdedikasi di Bali Safari berhasil merawat kura-kura yang tersisa, menyaksikan pertumbuhan mereka hingga mencapai ukuran rata-rata 18-30 cm,” jelas Bintang.
Upaya Konservasi dan Relokasi dati Bali ke Timika, Papua dilaksankan pada Mei 2023, dengan dukungan Badan Konservasi Sumber Daya Alam dan kerja sama PT Freeport Indonesia. (pp03)