Ida I Dewa Gede Oka Mantara Meninggal di Jakarta, Dipelebon di Bangli

BANGLI | patrolipost.com – Salah satu pengurus di Sekretariat Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, Ida I Dewa Gede Oka Mantara (56) asal Banjar Puri Bukit, Kelurahan Cempaga, Bangli meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan lalu lintas di Jakarta, tepatnya saat rahinan Penampahan Galungan. Rencananya upacara pelebon akan dilangsung, Kamis (26/9) mendatang, dan persiapan upakara plebon sudah dilakukan sejak dua pekan lalu.

Menurut kakak almarhum, Anak Agung Anom Semara yang ditemui di rumah duka, almarhum sejak tahun 1990 bekerja di Sekretariat PHDI Pusat. Bahkan almarhum sempat berkerja bersama I Wayan Koster yang kini menjabat sebagai Gubernur Bali di bawah Yayasan Prajaniti Hindu Indonesia. “Almarhum salah satu pengurus di sekretariat PHDI,” ujar Anak Agung Anom Semara, Jumat (20/9).

Lanjut  AA Anom Semara, memang almarhum dikenal supel dalam pergaulan dan selalu hadir tatkala ada krama Bali di Jakarta melangsungkan kegiatan upacara. Bahkan almarhum diberikan kepercayaan selaku kelian adat di Pura Dharma Sidi Cileduk, Tanggerang, Banten. Meninggalnya almarhum secara mendadak dan cukup tragis tersebut sontak membuat kaget krama Bali di Cileduk.

“Karena jasa almarhum, warga Bali di Cileduk sempat meminta agar prosesi upacara pelebon dilaksanakan di Jakarta, tapi setelah dilakukan rembug dengan pihak keluarga di Bali, kremasi dilakukan di Jakarta dan untuk upacara pelebon almarhum di laksanakan di kampung,” ujar AA Anom Semara didampingi kakaknya Ida I Dewa Gede Rai yang juga klian adat Banjar Puri Bukit. Sebutnya dalam prosesi upacara kremasi dihadiri ribuan krama dan tidak ketinggalan hadir pula Ketua PHDI Pusat Wisnu Bawa Tenanya.
Almarhum meninggalkan tiga orang anak, dimana anaknya yang masih kecil yakni Anak Agung Yoga Arta masih duduk di bangku kelas VI SD. Sementara anaknya yang kedua, AA Ayu Indah Permata Sari masih kuliah dan anak pertama Anak Agung Ayu Pitaloka baru menamatkan pendidikan di sekolah kebidanan. Sementara istri almahum Jro Made Yastiti bekerja di Rumah Sakit Siloam karena sudah pensiun sepeninggal almarhum kini bekerja di yayasan di bawah naungan Sekretariat PHDI Pusat.
Disinggung apakah mendapat firasat sebelum almarhum meninggal, kata AA Anom Semara, tidak ada firasat. Hanya saja sebelum kepergiannya, almarhum sempat melakukan renovasi di beberapa bagian rumah. Kemudian menebangi pohon yang ada di rumahnya. “Saya Tanya kenapa ditebang, dia bilang agar tidak susah ke depannya. Kesannya sudah ada persiapan, tapi kami dari pihak keluarga tidak sadar,” tuturnya. Sementara untuk prosesi upacara, Senin (23/9) nunas ke segara (ngedetin) dan Rabu (25/9) prosesi munggahan plebon dan hari Kamis (26/9) puncak upacara pelebon. (sam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.