BANGLI | patrolipost.com – Merebaknya penyebaran virus Corona (Covid-19) sangat dirasakan dampaknya oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk perajin anyaman kulit ketupat. Sejak sebulan belakangan ini tidak ada lagi permintaan atau pesanan anyaman kulit ketupat. Kondisi yang kurang menguntungkan ini dirasakan oleh perajin kulit ketupat Ida Bagus Arya Chandra.
Pria asal Banjar Brahamana Pande, Kelurahan Cempaga ini mengaku sudah sejak delapan bulan menggeluti usaha membuat anyaman kulit ketupat. Hasil anyaman kulit ketupat biasanya dijual di Pasar Kidul Bangli.
”Untuk anyaman ketupat saya titip di saudara yang menjual perlengkapan upacara di komplek pertokoan Pasar Kidul,” ungkap Ida Bagus Ida Bagus Arya Chandra, Minggu (26/4/2020).
Selain itu banyak juga yang datang langsung memesannya, biasanya anyaman kulit ketupat dibeli oleh pemilik kantin sekolah, pedagang sate dan kadang para serati banten.
Menurut pria yang akrab dipanggil Gus Arya ini, untuk bahan yakni slepaan (janur hijau) didapat dengan cara membeli di pengepul janur. Untuk satu ikat janur dibandrol dengan harga Rp 50 ribu. Sementara dalam satu ikat berisikan 250 helai janur.
Lanjut Gus Arya untuk membuat anyaman kulit ketupat dilakoni dari pukul 10.00 wita sampi pukul 22.00 wita. ”Kalau malam hari menganyam kadang dibantu oleh kerabat dekat,” ujar anak nomor dua dari pasutri almarhum IB Putu Chanda dan Sri Pusparina.
Disinggung terkait harga, kata Gus Arya untuk satu ikat berisi 100 biji anyaman ketupat dibandrol dengan harga Rp 35 ribu. “Kalau melihat keuntungan memang tidak seberapa, jika dihitung modal paling keuntungan hanya Rp 40 ribu,” jelasnya.
Pasca merebaknya virus corona (Covid19) pesanan anyaman kulit ketupat sangat sepi bahkan bisa dibilang tidak ada lagi ”Kondisinya sudah berlangsung sejak sebulan atau menjelang hari raya Nyepi,” ujarnya.
Menurutnya sepinya pesanan karena banyak faktor diantaranya sejak sekolah diliburkan dan adanya pembatasan untuk kegiatan keagamaan serta beberapa desa mengeluarkan imbauan pembatasan bepergian ke luar desa.
”Langganan kami kebanyakan pemilik kantin sekolah karena sekolah libur, praktis tidak ada pesanan. Begitu pula untuk kegiatan keagamaan banyak tertunda pelaksanaannya dan diperparah lagi pelanggan kami yang berasal dari desa tidak ada lagi berbelanja di Pasar Kidul,” ungkap Ida Bagus Arya.
Ditengah sepinya order, Gus Arya mengaku tidak lagi memiliki pekerjaan, untuk mengisi waktu luang ia mengisi dengan kegiatan memancing di sungai “Dari pada bengong tidak ada pekerjaan, kami mengisi waktu dengan memancing. Untuk masalah makan sehari-hari kami dibantu kerabat,” sebutnya.
Gus Arya berharap agar pandemi Corona bisa secepatnya berlalu sehingga masyarakat bisa beraktifitas normal kembali. ”Mudah-mudahan corona cepat berlalu dan kondisi bisa normal seperti sedia kala,” harap Gus Arya. (750)