Inilah Pencerahan Gubernur Koster Saat Peluncuran Great Bali Xperience 2019

DENPASAR | patrolipost.com – Gubernur Bali I Wayan Koster melaunching Great Bali Xperience 2019 ditandai dengan pemukulan gong dan disaksikan para stakeholder pariwisata, di Puri Santrian Sanur, Sabtu (28/9/2019) sore. Dalam sambutannya selain mengapresiasi kegiatan ini Koster juga memberikan ‘pencerahan’ kepada stakeholder pariwisata yang hadir agar tidak terlena dalam zona nyaman yang selama ini mereka nikmati.

Gubernur mengajak para stakeholder berpikir pariwisata secara holistik dan membaca gelagat dinamika kepriwisataan (eksternal/internal) serta juga siklus alam (sepi/rame) untuk mengatasi itulah maka diperlukan jurus jitu, baik di situasi rame ataupun sepi.

“Diakui Bali sudah berada di zona nyaman, lantas nyaman sampai terjadi sesuatu baru sadar. Sehingga kalau terjadi apa apa di luar seolah-olah Bali tidak tersentuh. Akibatnya kemudian ketika berimbas managemen kita kalang kabut,” sentil Gubernur Koster.

Gubernur Koster berpendapat, hal ini mesti jadi pemahaman yang mendalam dan tepat, jangan lagi melakukan sesuatu dengan cara konvensional namun dengan sistem yang andal. Ia mencermati siklus itu sudah ada, tapi dinamika diluar juga mesti diwaspadai beserta potensinya.

“Dunia pariwisata itu sensitif akan isu, regulasi, sentimen ekonomi, politik dan itu harus dihitung dan dirumuskan dalam satu pengelolaan pariwisata Bali,” tuturnya.
Dalam setahun ini ia berusaha membangun ekosistem kepariwisataan secara tidak langsung. Yang tengah dirancang yaitu  membangun suatu sistem, tidak suka melakukan sesuatu yang sporadis tapi lebih memilih atau memiliki sistem yang andal dan berkelanjutan.
Menurutnya, yang mesti dilihat yaitu bagaimana dinamika dan perilaku ekonomi di luar Bali. Apakah terjadi perubahan di sana yang akan berpengaruh terhadap pariwisata Bali atau bagaimana. Banyak hal yang mesti dicermati dan itu bisa digunakan sebagai variabel sistem kepariwisataan.
“Bali Great Xperience itu kan sifatnya temporary, jadi cari sistem pengelolaan yang lebih besar, jangan berpikir kecil,” tukasnya sembari menambahkan pariwisata itu sumbernya orang-orang berduit, Bali Great Xperience ini bukan konteks murahan tapi hanya special movement.

Dalam kesempatan ini ia menyampaikan, kunjungan wisatawan ke Bali diakui hanya disebabkan faktor alam yang merupakan anugrah dan semua pihak harus jujur untuk itu, tapi coba pakai ilmu yang lebih tinggi dalam mencari terobosan.

“Hingga kini Bali belum memiliki destinasi baru pariwisata, yang ada hanya itu-itu saja, harus ada kontribusi langsung bagi kepariwisataan Bali, harus ada otokritik terhadap stakeholder. Kalau mau maju harus bangkit, memiliki komitmen,” tandasnya lagi.

Di tengah-tengah dinamika kepariwisataan, rupanya Gubernur Koster sedang merancang Perda tentang kepariwisataan dan sedang mengurus taksunya alam Bali melalui Nangun Sat Kerti Loka Bali. Lantas ia mencontohkan langkah yang telah ia lakukan selama setahun kepemimpinannya yaitu dengan kembali membangkitkan bagian-bagian taksu alam Bali seperti dimulainya penggunaan aksara Bali, mengurangi timbulan sampah alam Bali serta dimulainya penggunaan pakaian adat Bali. (arw)

Pos terkait