Jemaah Haji Asal Jembrana Meninggal Dunia di Mina

1 ikhlas
Pihak keluarga di Desa Air Kuning, Kecamatan Jembrana menyatakan telah mengiklaskan kepergian Almarhum Asraman (80) di Mina, Arab Saudi. (ist)

NEGARA | patrolipost.com – Kabar duka menyelimuti rombongan jemaah haji asal Kabupaten Jembrana. Salah seorang jemaah haji Asraman (80), warga Desa Air Kuning, Kecamatan Jembrana, dikabarkan meninggal dunia di Mina, Arab Saudi.

Kepergian Asraman di Tanah Suci menjadi duka bagi keluarga dan rombongan jemaah haji asal Jembrana. Asraman meninggal dunia pada Sabtu (8/6/2025) sekitar pukul 06.30 waktu setempat. Almarhum berangkat menunaikan ibadah haji bersama sang istri, Ruhana Binti Abdul Majid dalam kondisi sehat. Asraman diduga meninggal dunia di tenda penginapan di Mina akibat serangan jantung.

Kabar duka ini dibenarkan oleh Petugas Haji dan Umrah Kementerian Agama Kabupaten Jembrana H Muslihin.

“Tiga hari sebelum meninggal, kondisi almarhum masih sehat. Beliau sempat pingsan dan kemudian dinyatakan meninggal dunia,” jelasnya. Almarhum Asraman merupakan bagian dari 87 calon haji asal Jembrana yang berangkat ke Mekah Arab Saudi pada Rabu (21/5/2025) lalu.

Para Jemaah Haji akan menjalani ibadah haji selama 44 hari dan dijadwalkan kembali ke Tanah Air pada Jumat (4/7/2025). Pihak keluarga menyatakan ikhlas atas kepergian Asraman, namun menyayangkan tak bisa menyaksikan pemakamannya. Putra almarhum, Muhamad Selamet (47) mengungkapkan dirinya dapat kabar duka tersebut dari petugas Kementerian Agama Jembrana.

Selamet menceritakan sang ayah sempat mengikuti seluruh rangkaian ibadah haji sebelum akhirnya wafat.

“Bapak berangkat bersama ibu saat pelepasan calon haji di Gedung Ir Soekarno. Sebelum berangkat, bapak tidak mengeluh sakit apapun. Dari rumah, bapak dan ibu dalam keadaan sangat sehat.  Saya menduga bapak meninggal karena faktor usia dan kondisi cuaca di sana,” ujarnya.

Menurutnya Asraman telah menunggu antrean keberangkatan haji sejak tahun 2013. Namun, keberangkatannya sempat tertunda akibat pandemi Covid-19.

“Biasanya antrean hanya 7 tahun, tapi karena pandemi, bapak menunggu sekitar 10 tahun,” imbuhnya. Semasa hidupnya, almarhum Asraman diakuinya dikenal sebagai pribadi yang tekun dan menjalani kehidupan sederhana.

“Sehari-hari bapak hanya ke kebun dan ternak sapi. Bapak punya tujuh anak dan cucu yang cukup banyak,” ungkapnya. Prosesi pemakaman almarhum akan dilaksanakan sesuai ketentuan di Makkah.

“Kami sekeluarga sudah mengikhlaskan kepergian bapak, akan tetapi saya sendiri menyayangkan tidak melihat kepergian bapak di hari terakhir sampai dimakamkan di sana,” ungkapnya.

Sedangkan terkait kondisi sang ibu, Ruhana, menurutnya masih sempat berkomunikasi melalui video call. “Ibu terlihat sehat, tetapi tampak sangat sedih setelah ditinggal bapak,” katanya.

Pihak keluarga bersama dengan tetangga dan orang-orang terdekat almarhum juga telah melaksanakan ratib selama tiga hari berturut-turut sebagai bentuk duka cita. (pam)

Pos terkait