KYIV | patrolipost.com – Rusia meluncurkan puluhan pesawat nirawak dan rudal balistik ke Kyiv pada malam hari dalam salah satu serangan udara gabungan terbesar di ibu kota Ukraina dalam perang tiga tahun, merusak beberapa gedung apartemen dan melukai 15 orang.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan dalam sebuah unggahan media sosial bahwa itu adalah “malam yang berat” bagi Ukraina, dan menyerukan sanksi internasional baru untuk menekan Moskow agar menyetujui gencatan senjata.
Pada dini hari Sabtu (24/5/2025) seorang saksi mata melihat dan mendengar gelombang pesawat nirawak terbang di atas Kyiv, dan serangkaian ledakan mengguncang kota. Ibu kota juga bergema dengan suara baterai antipesawat yang mencoba menjatuhkan pesawat nirawak.
Ledakan menunjukkan cahaya jingga-merah menerangi kota saat gumpalan asap mengepul di cakrawala. Di lantai atas salah satu gedung apartemen, asap dan api mengepul keluar dari jendela balkon saat petugas pemadam kebakaran mencoba mendekat.
Menjelang fajar, pejabat pemerintah melaporkan kerusakan di enam distrik di ibu kota Ukraina, dan sejauh ini total 15 orang terluka. Tiga orang harus dirawat di rumah sakit. Dua dari yang terluka adalah anak-anak.
Pemerintahan militer kota Kyiv menggambarkannya sebagai salah satu serangan gabungan pesawat nirawak dan rudal paling masif dalam perang tersebut.
Serangan itu terjadi saat Presiden AS Donald Trump mendorong Rusia dan Ukraina untuk duduk bersama dalam perundingan gencatan senjata untuk mengakhiri perang, tetapi telah menolak rencana Eropa untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia.
Menurut laporan Reuters, Halyna Tatarchuk, seorang pensiunan berusia 63 tahun, berada di apartemennya saat sebuah pesawat nirawak menghantam gedung tersebut. Dia dan suaminya berada di koridor, jauh dari jendela.
“Itu menyelamatkan kami,” katanya.
Dia melarikan diri ke tempat perlindungan bom di sekolah terdekat, lalu pada siang hari kembali untuk memeriksa kerusakan. Semua jendela apartemennya pecah, dan lantainya ditutupi pecahan kaca.
“Saya ingin Trump melihat ini,” katanya, sambil berdiri di dapurnya.
Di jalan di bawah jendela lantai tiga, pohon-pohon telah hancur karena ledakan dan jendela-jendela mobil pecah. Pekerja kota menggunakan ekskavator mini untuk membersihkan puing-puing dari tanah.
Pembicaraan Gencatan Senjata
Angkatan udara Ukraina mengatakan bahwa Rusia telah menembakkan 14 rudal balistik ke sasaran-sasaran di seluruh Ukraina semalam dan meluncurkan 250 pesawat tanpa awak jarak jauh, dengan Kyiv sebagai sasaran utama.
Serangan itu menyusul beberapa hari serangan pesawat tanpa awak Ukraina yang berjumlah sekitar 800 serangan, terhadap sasaran-sasaran di dalam Rusia, termasuk ibu kota Moskow.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov telah berjanji pada hari Jumat (23/5/2025) untuk menanggapi serangan-serangan itu. Beberapa jam sebelum pesawat nirawak dan rudal mencapai Kyiv, Rusia dan Ukraina telah menukar beberapa ratus tahanan, dalam sebuah langkah yang menurut Trump dapat menjadi awal dari kemajuan perundingan damai.
Negosiator Rusia mengatakan mereka sedang mempersiapkan sebuah memorandum yang akan menjadi titik awal untuk putaran perundingan damai berikutnya. Belum ada tanggal atau tempat yang disepakati.
“Rusia masih belum mengirimkan ‘nota perdamaian’. Sebaliknya, mereka mengirimkan pesawat nirawak dan rudal yang mematikan ke warga sipil,” tulis Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha dalam sebuah unggahan di platform media sosial Telegram.
Dalam unggahannya sendiri di Telegram, Zelenskiy mengatakan serangan Rusia merupakan bukti bagi seluruh dunia bahwa Rusia adalah hambatan bagi perdamaian.
“Hanya sanksi tambahan terhadap sektor-sektor utama ekonomi Rusia yang akan memaksa Moskow untuk menyetujui gencatan senjata,” tambahnya dalam postingan tersebut.
Tidak ada komentar langsung dari Rusia mengenai serangan semalam tersebut.
Rusia mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mencari penyelesaian damai atas konflik tersebut. Namun, mereka mengatakan Kyiv perlu menerima kenyataan bahwa Rusia menguasai sebagian wilayahnya, dan wilayah itu tidak boleh digunakan sebagai jembatan bagi negara-negara Barat untuk mengancam Rusia.
Pada hari Sabtu (25/5/2025) Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukannya telah merebut permukiman Stupochki, Otradne, dan Loknia di wilayah Donetsk dan Sumy di Ukraina. (pp04)