JAKARTA | patrolipost.com – Jurubicara Presiden, Fadjroel Rachman, membuat sebuah unggahan di akun Twitter pribadinya. Namun belakangan, kicauan itu malah berbalik menjadi bumerang terhadap dirinya sendiri. Pasalnya, dalam cuitannya itu Fadjroel diduga menyindir Anies Baswedan karena kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai upaya mencegah penyebaran virus Covid-19 yang terus meledak di Jakarta.
Dalam unggahan itu Fadjroel menulis, “memang susah sih ini orang, enggak bisa kerja, maunya ribut aja”. Unggahan ini disertakan foto tokoh Giant dalam film Doraemon.
Menyikapi cuitan itu, pakar politik dan hukum Universitas Nasional Jakarta, Saiful Anam, menduga orang yang dimaksud Fadjroel adalah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Seperti diketahui, Anies telah kembali menerapkan PSBB secara total di Jakarta, terhitung mulai hari ini Senin 14 September 2020.
“Saya mengira pernyataan tersebut menjurus ke Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta, yang melakukan PSBB total,” lontarnya, dilansir rmol.
Namun Saiful menilai, pernyataan Fadjroel tersebut tidak sesuai dengan kinerjanya selama ini sebagai Jurubicara Presiden, yang hanya kerap membuat gaduh di tengah-tengah masyarakat.
“Fadjroel saya kira keterlaluan berkata demikian, memangnya dia selama ini bisa kerja apa? Saya kira bisanya hanya memprovokasi begitu,” lontarnya.
Selain itu, Saiful pun juga melihat bahwa pernyataan Fadjroel tersebut merupakan keputusannya sendiri dalam upaya membantu Presiden Joko Widodo.
“Hingga akhirnya tidak ada kata-kata lagi kemudian ngetwit demikian. Saya kira tidak layaklah seorang jubir ngetwit demikian, karena bagi saya harusnya jubir itu sosok intelektual, bukan serampangan begitu,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menilai, kicauan Fadjroel tersebut tidak mencerminkan kualitas seorang pejabat negara.
“Sederhananya, kicauan semacam itu tidak mencerminkan kualitas pejabat negara. Sebagai Jubir Presiden mestinya ada hal etis yang dijaga, yakni ujaran publik. Terlebih jika itu berkaitan dengan hubungan sesama pejabat negara,” lontarnya.
Tak hanya itu, cuitan yang bersangkutan, menurut Dedi sebenarnya sudah menjadi menjadi dasar yang kuat bagi Presiden Jokowi untuk menggantinya sebagai Jurubicara Presiden.
“Bisa jadi, terlalu sulit mencari prestasi Fadjroel sebagai Jubir Presiden, dan itu yang membuat kicauan sindiran itu mengemuka. Presiden mestinya tidak ragu mengganti jubir yang lebih elegan dan piawai menjaga nama baik jubir kepala negara,” ujarnya lagi. (305/ric)