BANGLI | patrolipost.com – Jumlah anak putus sekolah di Kabupaten Bangli khususnya pada jenjang SMP mengalami peningkatan. Data dari Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) Bangli menunjukkan pada tahun 2021 sebanyak 19 siswa putus sekolah, sedangkan tahun 2022 sebanyak 45 siswa putus sekolah.
Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar (Dikdas) Disdikpora Bangli, I Wayan Gede Wirajaya saat dikonfirmasi tidak menampik naiknya angka putus sekolah pada jenjang SMP.
“Memang terjadi kenaikan angka siswa putus sekolah dan ini menjadi perhatian kita semua,” ujarnya, Jumat (3/2/2023).
Kata pejabat asal Desa Songan, Kintamani berdasarkan hasil koordinasi dengan pihak sekolah adapun alasan siswa tidak melanjutkan pendidikan beragam. Namun lebih dominan karena sudah tidak ada lagi niatan sekolah dan ada pula karena sudah bekerja.
Misalnya siswa dari SMPN 5 Kintamani, mereka beralasan sudah tidak ada niat untuk bersekolah. Diketahui pada tahun 2021 ada satu siswa di SMPN 5 Kintamani yang putus sekolah, dan tahun 2022 ada dua siswa.
Begitupun dengan di SMPN 2 Tembuku. Dari tiga siswa yang putus sekolah, satu siswa berasalan tidak ada niat sekolah, dan dua siswa sudah bekerja bersama orangtuanya.
“Sedangkan di SMPN 3 Kintamani, satu siswa perempuan tidak lanjut sekolah karena sakit menahun. Sedangkan satu siswa laki-laki alasannya karena kerja di Denpasar,” ungkapnya.
Lanjut Gede Wirajaya, jika dilihat dari lokasinya, mengacu data siswa putus sekolah cenderung menyebar di tiga kecamatan. Yakni Bangli, Kintamani, dan Tembuku. Hanya saja, jumlah terbanyak berada di Kecamatan Kintamani.
“Untuk di tahun 2022, dari total 45 siswa putus sekolah 37 diantaranya berada di Kecamatan Kintamani,” imbuhnya.
Sejatinya Dinas Pendidikan telah berupaya menekan angka putus sekolah, dengan menyediakan beasiswa. Hanya saja siswa yang putus sekolah bukan karena faktor ekonomi.
Begitupun dengan sekolah yang juga sudah melakukan berbagai upaya, untuk menekan angka putus sekolah. Mulai dari pemanggilan orangtua dan home visit, sampai melibatkan komite sekolah yang berasal dari lingkungan siswa tersebut.
“Hanya saja hasilnya nihil, siswa tetap tidak mau sekolah,” tegasnya.
Selain siswa SMP, data siswa putus sekolah juga terdapat di jenjang pendidikan SD. Hanya saja jumlahnya lebih sedikit dan cendrung menurun dari tahun sebelumnya.
Disinggung untuk angka putus sekolah sekolah jenjang SD , kata Gede Wirajaya sebanyak 5 anak, sedangkan di tahun 2022 jumlahnya menurun jadi 3 anak. “Berbagai langkah telah dilakukan dinas dan sekolah untuk menekan angka anak putus sekolah,” jelasnya. (750)