SINGARAJA | patrolipost.com – Buleleng, kabupaten paling Utara Pulau Bali saat ini menghadapi ancaman badai La Nina dan penularan Covid-19 varian Omicron. Terkait hal itu Pemkab Buleleng melalui Satgas Covid-19 mengimbau masyarakat untuk waspada dan siaga serta menjaga daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta taati Protokol Kesehatan (Prokes).
Koordinator Bidang Data dan Informasi Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng, Ketut Suwarmawan SSTP MM dalam siaran persnya menyebut, dengan curah hujan yang begitu tinggi akibat fenomena La Nina mengakibatkan di beberapa titik di Buleleng tertimpa bencana alam. Diantaranya banjir bandang, pohon tumbang dan tanah longsor.
“Kami mohon masyarakat untuk selalu waspada dan siaga ketika hujan dengan intensitas tinggi terjadi. Kurangi aktivitas di luar yang tidak terlalu penting,” ujar Suwarmawan.
Menurutnya, cuaca buruk di masa pandemi Covid-19 ini juga sangat penting untuk disiplin menerapkan PHBS. Suwarmawan yang juga Kadis Kominfosanti Buleleng itu meminta masyarakat menjaga kondisi tetap sehat tentunya juga dengan menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes).
“Cuaca sekarang ini sangat rentan menyebabkan kondisi kita melemah, maka dari itu kami mengimbau masyarakat untuk menjaga daya tahan tubuh tetap fit. Mari terapkan PHBS dan disiplin Prokes, sehingga fenomena La Nina dan pandemi ini tidak menjadikan perkembangan kasus Covid-19 di Buleleng meningkat,” ajaknya.
Terkait perkembangan pasien Covid-19 Buleleng, Suwarmawan menjelaskan, 1 pasien Covid-19 meninggal dunia, Kamis (2/12/2021). Selain itu, 1 kasus baru positif Covid-19 ditemukan di Kecamatan Sawan.
“Pasien yang meninggal asal Kecamatan Buleleng berusia 22 tahun dengan keluhan gagal nafas dan komorbid. Sementara satu kasus baru tercatat di Kecamatan Sawan,” ungkapnya.
Atas penambahan kasus ini maka kumulatif kasus konfirmasi positif di Kabupaten Buleleng menjadi 10.457 orang. Rinciannya pasien sembuh kumulatif sebanyak 9.914 orang, meninggal 538 orang, dan dalam perawatan sebanyak 5 orang.
Waspada Varian Omicron
Sementara itu Ketua Komisi IV DPRD Buleleng Luh Hesti Ranitasari mengingatkan pemerintah agar berhati-hati menyikapi merebaknya varian baru Covid-19 asal Afrika Selatan. Varian baru yang dikenal dengan code virus B11529 atau Omicron disebut jauh lebih berbahaya dari varian Delta sebelumnya. Bahkan Rani menyebut soal adanya ancaman gelombang ketiga Covid-19 yang sewaktu-waktu bisa merebak kembali.
Terlebih kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) bagi siswa agar dilakukan kewaspadaan ekstra dengan secara cepat melakukan evaluasi jika varian baru ini berjangkit. Rani menyebut kasus sekolah di Denpasar yang siswanya ditemukan positif sebaiknya menjadi pembelajaran agar Satgas Covid-19 Buleleng tidak lengah.
“Soal PTM kita sebaiknya ekstra waspada. Setidaknya pemerintah menyiapkan perangkat pendukung untuk melakukan antisipasi jika secara tiba-tiba varian baru itu sudah di depan mata. Jangan sampai seperti tahun sebelumnya kita semua menjadi kewalahan menghadapinya,” kata Rani, Kamis (2/12/2021).
Kesiapan itu, menurut Rani, tidak saja soal penyiapan anggaran namun kesiapan perangkat pendukung dari tenaga medis serta pemantauan penerapan Prokes di semua tempat umum terutama sekolah-sekolah yang tengah melaksanakan PTM.
“Kita jangan lengah dengan gencarnya vaksinasi. Paling tidak tetap waspada terutama soal Prokes dan penerapannya di sekolah-sekolah. Prilaku anak-anak tidak bisa kita jamin akan patuh terhadap Prokes. Kita berkaca pada kasus sekolah di Denpasar yang siswanya terpapar Covid-19,” imbuhnya.
Menanggapi peringatan Ketua Komisi IV DPRD Buleleng itu, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng Made Astika SPd MM mengaku sudah jauh-jauh hari berhitung soal antisipasi pada pelaksanaan PTM. Astika menyebut rambu pelaksanaan PTM sudah jelas diantaranya sekolah akan ditutup selama 3 hari jika ada siswanya yang terpapar.
Menurutnya, selama pelaksanaan PTM sudah ada siswa yang terpapar dan itu terjadi di sebuah sekolah SMA di Buleleng. Hanya saja kasus itu bukan merupakan klaster sekolah, namun berasal dari klaster keluarga.
“Sejak dua bulan pelaksanaan PTM belum ditemukan ada kasus siswa terpapar (Covid-19), Kita melakukan kolaborasi dengan Dinas Kesehatan dengan melakukan uji sampling melalui metode rapid tes secara acak di setiap sekolah,” kata Astika.
Uji sampling terus menerus dilakukan secara bergiliran di masing-masing sekolah dengan mengambil 10 siswa dan 3 orang guru. Hasilnya, semua uji sampling itu non reaktif. ”Semua sekolah disasar soal uji sampling dan sementara ini semua hasilnya non reaktif. Itulah bentuk evaluasi kita terhadap pelaksanaan PTM di masa pandemi ini,” ucap Astika. (zar)