DENPASAR | patrolipost.com – Kain Tenun Gringsing memiliki keunikan tersendiri. Kain yang diproduksi oleh warga Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem ini memiliki kekhasan dobel ikat. Selain itu, pewarnaannya juga menggunakan bahan alami.
Warga Desa Tenganan, Karangasem, secara turun temurun telah melakukan aktifitas tenun itu sejak ratusan tahun silam. Sehingga, karya fesyen itu sarat dengan makna filosofi.
“Kain tenun Gringsing ini harus kita lestarikan dan muliakan. Salah satu cara untuk melestarikannya adalah dengan menggunakannya,” kata Ketua Dekranasda Provinsi Bali Putri Suastini Koster di Denpasar, Kamis (28/7/2022).
Putri Koster menambahkan, kain tenun Gringsing telah mengantongi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Indikasi Geografis. Sehingga, hanya boleh ditenun di Desa Pegringsingan, Karangasem.
“Tenun Gringsing diproduksi di Desa Pegringsingan, digunakan oleh masyarakat Bali bahkan Indonesia dan dipasarkan hingga ke seluruh dunia,” jelasnya.
Gringsing berasal dari kata gering dan sing yang berarti tidak sakit. Tenun Gringsing memiliki motif yang kaya makna dan simbol kekuatan alam. Tenun Gringsing memiliki tiga warna dasar yakni, merah, hitam dan putih.
Merah simbol api, hitam air dan putih simbol angin. Sedangkan desainnya memiliki motif dasar tapak dara. Semua simbol ini memiliki makna keseimbangan alam, kekuatan api, angin dan air.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali I Wayan Jarta menambahkan, Pemerintah Provinsi Bali menaruh perhatian serius terhadap pelestarian warisan leluhur.
Meskipun kain ini telah mengantongi HKI Indikasi Geografis, pemerintah terus melakukan edukasi dan sosialisasi untuk menguatkan HKI yang dimiliki.
“Sehingga dapat memberi manfaat dan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Pemerintah juga memberi perhatian pada ketersediaan bahan baku kapas, bahan pewarna hingga pemasarannya,” kata Jarta.
Sementara, Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Tenun Pegringsingan I Wayan Yasa menjelaskan, pihaknya memberikan apresiasi atas kesempatan yang diberikan kepada para penenun Gringsing untuk berpameran.
“Hal ini berdampak sangat signifikan kepada para perajin untuk lebih bersemangat dalam menenun dan berinovasi,” kata Wayan Yasa. (pp03)