BORONG | patrolipost.com – Pekan paskah disebut juga pekan sengsara. Awal pekan paskah dimulai sejak Minggu Palma, penduduk Yerusalem menyambut Yesus dengan gegap gempita.
Kamis Putih dirayakan di Stasi Golo Wunis, Paroki Tanggar Keuskupan Ruteng, Kamis (6/4/2023). Pada saat itu pastor membasuh kaki 12 umat yang didaulat menjadi rasul Yesus.
Pastor John Tala menjelaskan, peristiwa Yesus membasuh kaki para murid merupakan simbol seorang pemimpin yang menjadi pelayan.
“Yesus membasuh kaki para murid menandakan bahwa Dia adalah seorang pelayan. Yesus sendiri merupakan Guru, Nabi dan Raja. Tindakan membasuh kaki para murid menjadi contoh bahwa seorang pemimpin merupakan seorang pelayan,” kata Pastor John.
Pastor John juga mengingatkan tentang pengkhianatan. Semarak dan gempita penyambutan di Yerusalem sebenarnya tidak membuat Yesus merasa diagung-agungkan.
“Yesus cemas karena Dia tahu bahwa mereka yang menyambutnya dengan sorak sorai akan menjadi pengkhianat saat Yesus disalibkan. Mereka justru memaksa Gubernur Yudea, Pontius Pilatus agar Yesus disalibkan,” imbuhnya.
Upacara membasuh kaki para murid didasarkan isi Injil Yohanes 13:1-15. Diceritakan dalam teks Injil tersebut Yesus mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya. Kemudian la menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya, lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
Tradisi membasuh kaki para Murid dan perjamuan malam terakhir hingga saat ini dikenang dalam rangkaian upacara Kamis Putih. Bagi para pemimpin, memimpinlah dengan hati yang siap melayani, bukan pemimpin yang minta dilayani. (pp04)