RUTENG | patrolipost.com – Maraknya perilaku menyimpang dalam kehidupan masyarakat di Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) menggugah praktisi psikologi Yayasan Mariamoe Peduli (YMP), Albina Redempta Umen angkat bicara. Menurut Albina, pemicu dari semua kasus yang terjadi antara lain frustasi, penyalahgunaan teknologi dan beberapa penyebab lainnya.
Ditemui di Ruteng, Senin (7/2/2022) Albina Redempta Umen di Ruteng mengatakan, tren kekerasan pada anak akan cenderung naik pasca pandemi, termasuk pemerkosaan, bunuh diri, kriminalitas anak, dan sebagainya.
Menurutnya, hal ini menjadi subur karena ada stress sosial yang akut selama masa pandemi ini. Pencetusnya bisa karena ekonomi, teknologi, PHK, atau frustrasi. Maka perlu ada kanal-kanal baru untuk penyaluran stres-stres ini.
“Pencetusnya bisa karena ekonomi, teknologi, PHK, atau frustrasi. Maka perlu ada kanal-kanal baru untuk penyaluran stres-stres ini,” ungkap Albina.
Maka dari itu, kata Albina, recovery sosial harus didesain secara komunal agar proses pemulihan menjadi cepat. Psikologi masyarakat mengalami gangguan yang serius dampak dari perubahan iklim sosial saat pandemi. Penyaluran karena gangguan-gangguan ini harus dicarikan ruangnya, supaya tidak membabi buta dan liar.
“Recovery sosial menjadi hal penting sehingga harus didesain secara komunal agar proses pemulihan menjadi cepat,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Albina menjelaskan psikologi masyarakat mengalami gangguan yang serius dampak dari perubahan iklim sosial saat pandemi. Penyaluran karena gangguan-gangguan ini harus dicarikan ruangnya, supaya tidak membabi buta dan liar.
Jadi menurutnya, kasus-kasus seperti bunuh diri, Pemerkosaan, dll adalah dampak dari stress yang mencari jalan keluar sendiri dan cenderung didasari frustrasi. (pp04)