Kemasan Produk Temulawak Bubuk Koptan Wae Teku Perlu Sentuhan Teknologi

Sales Marketing Kelompok Tani Wae Teku Tedeng, Florianus Jeharu, Inzet: kemasan produk temulawak. (rob)

HESO |  patrolipost.com – Kelompok Tani (Koptan) Wae Teku Tedeng, Purangka Desa Golo Meleng, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur sudah berdiri sejak 6 tahun lalu. Fokus produksinya adalah bubuk temulawak yang khasiatnya tidak diragukan lagi. Namun sampai sekarang kemasan produk hanya ala kadarnya yang tentunya kurang menarik perhatian pembeli.

Sales Marketing Kelompok Tani Wae Teku Tedeng, Florianus Jeharu menuturkan hal yang dibutuhkan sekarang adalah bagaimana memperbaiki kemasan. Kemasan yang selama ini dipakai adalah menempelkan kertas yang bertuliskan tentang produk. Harapan Flory, jika ada yang membuka mata untuk memfasilitasi, kemasannya akan diubah menjadi lebih baik dengan sentuhan teknologi pengemasan produk modern.

“Kami sudah berjalan 6 tahun dan belum mampu mengemas produk ini dengan kemasan yang lebih menarik. Banyak yang mengganggap produk temulawak ini tidak berkualitas karena kemasannya di bawah standar,” ungkap Flory di Wae Kala, Desa Golo Wune, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Senin (9/8/2021).

Lebih lanjut Flori mengungkapkan jika kelompok tani Wae Teku Tedeng pernah diarahkan oleh dinas terkait untuk langkah-langkah pengolahan temulawak menjadi bubuk yang siap diseduh. Namun cara yang dianjurkan cukup rumit dibandingkan dengan cara yang simple yang dipakai selama ini.

“Kami dalam berproduksi memakai cara yang lazim dipakai. Cara yang dianjurkan dinas terkait cukup rumit dan memerlukan cukup waktu untuk berproduksi,” ungkapnya.

Flori kemudian membeberkan, bahan baku produksi merupakan hasil kebun anggota kelompok tani. Anggota kelompok tani wajib menanam beberapa varian temulawak sehingga proses peoduksi tidak pernah kekurangan bahan baku.

“Temulawak mentah dipanen dari kebun anggota kelompok tani. Mereka tidak menjual ke tempat lain dan tentunya hasil panen temulawak mereka dibeli dengan harga yang menjanjikan,” ungkap Flory yang merupakan mantan Sales di Rimo Diponegoro, Denpasar, Bali.

Sistem produksi sampai pemasaran yang diterapkan kelompok tani Wae Teku Tedeng sangat membantu ekonomi masyarakat. Hal ini menjadi contoh bagi desa lainnya agar menghidupkan kembali kelompok tani dengan visi misi yang jelas. Sehingga akan sangat jelas jika kelompok tani di desa-desa bisa menghidupkan ekonomi masyarakat. (pp04)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.