RUTENG | Patrolipost.com – Kehadiran buah hati merupakan idaman dari setiap pasangan suami istri yang telah menikah. Setiap pasangan tentu berharap anaknya bertumbuh dengan baik dan sehat. Namun, kenyataan ini tidak dialami oleh pasangan suami istri Hyronimus (49) dan Fransiska Uwel (29), warga Desa Compang Cibal, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Buah hati mereka, Marselino Tasman, yang baru berusia 48 hari harus mengalami kelainan pada tubuhnya. Sejak lahir, Marselino tidak memiliki lubang anus, yang mengakibatkan ia harus buang air besar melalui lubang yang dibuat pada perut sebelah kirinya.
Kisah pilu Marselino ini awalnya tidak diketahui oleh kedua orangtuanya, sebab Marselino lahir secara normal. Ia lahir pada Rabu, 18 Oktober 2023 pada pukul 10.00 Wita. Saat itu berat badan Marselino mencapai 3 Kg dengan panjang badan 50 cm. Proses lahiran anak bungsu dari empat bersaudara ini dibantu dua orang bidan yang bertugas di Postu setempat.
Pasca kelahiran, kedua orangtuanya pun kembali ke rumah. Namun, masalah datang ketika Marselino menangis tanpa henti. Wajahnya pun kelihatan menahan sakit.
“Pada saat pulang anak saya ini menangis dan belum ada dia buang air. Pada saat itu kami lihat mukanya sudah agak lain begitu. Lalu kemudian ibunya tidak sengaja periksa-periksa di badannya hingga ke bagian lubang anus dan ternyata tidak ada lubang anus. Disitulah saya panik,” kata Hyronimus.
Di tengah kepanikannya, Hironimus pun berusaha untuk menghubungi dua orang bidan yang membantu kelahiran Marselino di Pustu. Setelah diperiksa oleh ke dua orang bidan tersebut, Marselino pun disarankan untuk dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ben Mboi di Ruteng.
“Sampai di sana (Rumah Sakit) kami tiba sekitar pukul 01.30 Wita, langsung ditangani oleh dokter. Setelah itu besoknya dokter bilang bahwa ini anak harus dioperasi sementara,” tutur Hironimus.
Untuk menjalani operasi dokter menyarankan agar kedua orangt tua Marselino membuat BPJS mandiri. Hal ini pun dilakukan oleh Hironimus dan istrinya. Alhasil proses operasi dengan membuat lubang sementara pada salah satu sisi perut untuk kelancaran proses BAB pun berjalan lancar.
“Pada saat operasi ini anak tidak ada BPJSnya, lalu dari rumah sakit dianjurkan untuk buat BPJS mandiri sementara makanya dia bisa operasi, itu dengan ibunya itu saya bayar satu bulan Rp. 70.000. Terus kurang lebih kami satu minggu lebih di rumah sakit setelah itu dokter bilang sudah bisa pulang,” ujarnya.
Pasca operasi, dokter pun memberitahukan bahwa lubang BAB pada perut Marselino merupakan lubang sementara dan memerlukan tindakan operasi lanjutan yang harus dilakukan di rumah sakit luar daerah.
“Sebelum kami pulang dari rumah sakit, saat itu dokter bilang, operasi ini hanya bersifat sementara, jadi nanti harus operasi lanjutan, dokter bilang kalau nanti sudah siap operasi lanjutan supaya saya buat surat rujukan antara di Kupang atau di mana begitu,” lanjutnya.
Namun, sayangnya sejak saat itu hingga kini operasi lanjutan untuk buah hati Hyronimus belum bisa dilakukan lantaran terkendala biaya. Mengingat operasi sejenis memerlukan biaya yang tidaklah sedikit.
Hyronimus merupakan seorang petani yang untuk memenuhi kebutuhan sehari hari saja harus berjuang keras. Selain memikirkan biaya makan sehari hari, kini ia juga harus menyisihkan uang untuk membeli kantong tampung BAB (Kolostomi). Ia wajib membeli satu kantong Kolostomi setiap harinya, ditambah ia juga tetap harus memikirkan cara agar buah hatinya bisa menjalani operasi lanjutan di luar daerah. Ia pun mengakui kini berada pada situasi yang sangat sulit.
“Saya ini betul-betul tidak punya apa-apa, tidak punya penghasilan makan saja susah. Untuk beli kantong untuk tampung BAB saja itu, tadi saya kaget harga kantong 1 biji 65.000 rupiah, saya tidak jadi beli. Sementara anak saya ini satu hari harus butuh satu kantong. Karena itu harus diganti setiap hari. Karena kendala saya dan keluarga sekarang ini karena habis stok kantong, saya sudah bingung mencari cara agar bisa membelinya kembali,” tutupnya. (334)