DENPASAR | patrolipost.com – ‘Bhatari Sri: Subak dan Jejak-Jejak Kemuliaan’ merupakan film yang diproduksi Kitapoleng Bali. Film yang bersetting budaya agraris masyarakat Bali itu akan dirilis hari ini, Jumat (26/11/2021).
Sutradara I Gusti Dibal mengatakan, Bhatari Sri hadir sebagai spirit juga karakter wayang yang mengikat secara dramatik. Film ini juga diramu dengan memadukan kekuatan visual, tari, musik, dan narasi untuk menciptakan kemasan yang tak hanya menarik. Tapi, juga mengandung informasi dan pesan mendalam yang dikreasikan secara artistik dengan menggunakan media baru.
“Kami mengambil latar beberapa lokasi di Bali yang tidak semata-mata indah secara visual, tetapi juga memiliki sejarah kuat yang mempengaruhi kultur masyarakatnya,” kata Gusti Dibal, Kamis (25/11/2021).
Ia memaparkan, Subak tak hanya sekadar sistem pengairan saja, di dalamnya juga ada konsep keadilan. Subak telah menjadi organisasi demokratis para petani yang memanfaatkan sumber air yang sama.
Mereka saling bertemu secara teratur untuk bermusyawarah dan mengkoordinasikan penanaman, mengontrol distribusi air irigasi, serta perencanaan pembangunan.
“Dalam film ini bisa ditemukan, bagaiman penghormatan masyarakat Bali terhadap lingkungan, termasuk penghormatan terhadap Bhatari Sri yang telah memberikan kelimpahan,” ujarnya.
Film ini berawal dari tokoh seorang anak yang gemar bermain wayang bernama Wayan. Ia memiliki wayang plastik yang begitu disayangi, Bhatari Sri. Karena suatu sebab, wayang itu hanyut dan tenggelam.
Mengambil latar petualangan anak-anak di Bali, Bhatari Sri menjadi tokoh sentral. Bhatari Sri hadir sebagai Sang Jiwa, sekaligus juga karakter wayang kesayangan Wayan yang hilang. (pp03)