KNPI Gelar Diskusi Kebangsaan Pemuda Jangan Terjebak Romantika Masa Lalu

DENPASAR|patrolipost.com – Dewan Pimpinan Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPD KNPI) Provinsi Bali menggelar Diskusi Kebangsaan “Sumpah Pemuda Sebagai Alat Persatuan dan Kesatuan Pemuda Indonesia” di Warung Bencingah, Denpasar, Senin (28/10/2019) malam.

Diskusi yang diikuti puluhan generasi ini dari kalangan mahasiswa dan pengurus sejumlah organisasi kepemudaan ini menghadirkan pembicara Ketua Umum KNPI Provinsi Bali Nyoman Gde Antaguna, S.E.,S.H.,M.H., akademisi yang juga tokoh muda Dr. Ida Bagus Radendra, S.H.,M.H., dan tokoh muda Bali Fabian Andrianto Cornelis.

Ketua Umum KNPI Provinsi Bali Nyoman Gde Antaguna, S.E.,S.H.,M.H., mengatakan, diskusi ini memang mengambil jalan yang berbeda dari diskusi pada umumnya dan tidak ingin terjebak pada romantika masa lalu.

“Kita pada momen mengenang sejarah Sumpah Pemuda. Tapi dengan berkembangnya konstelasi politik belakangan ini, kita tidak pada romantika masa lalu karena  itu sudah selesai,” ujarnya.

Dirinya mengaku menarik untuk melihat Kabinet Indonesia Maju Jokowi-Ma’ruf Amin yang lebih banyak mengedepankan tokoh-tokoh muda. “Ini hal yang positif dan sangat linier dibahas dalam momentum sumpah pemuda,” kata Antaguna.

Dari sisi lain, akademisi yang juga tokoh muda Dr. Ida Bagus Radendra, S.H.,M.H., yang juga menjadi pembicara dalam  diskusi ini menyampaikan bahwa  pemuda dari jaman dahulu dan sampai saat nanti akan selalu mempunyai energi yang paling besar dalam melakukan perubahan terhadap bangsa Indonesia.

“Sejarah juga menunjukkan bahwa hal-hal terpenting atau tonggak terpenting bangsa ini penggeraknya adalah pemuda,” kata Radendra yang juga Ketua Yayasan Handayani Denpasar itu.

Meski pemuda memiliki energi yang besar, namun bukan berarti mereka tidak memiliki tantangan. Radendra menyebut tantangan pemuda saat ini dihadapkan pada situasi dimana mereka kurang memiliki challenge chek dengan situasi kebangsaan dan nasionalisme. Guna mengatasi tantangan ini para pemuda harus berani mengambil peran yang lebih optimal.

“Kalau enggak gitu nanti pemuda hanya akan jadi orang yang pragmatis, tidak berpikir luas tentang bangsanya. Generasi muda diharapkan di garda terdepan. Karena memang sejarah membuktikan memang pemuda yang menjadi garda terdepan proklamasi,” kata dia.

Radendra mengatakan, bahwa pemuda harus memiliki kesadaran mendapat hidup di Indonesia, sebuah bangsa yang paling majemuk dan paling plural di dunia yang sebetulnya juga bisa menjadi bangsa yang terhebat di dunia, bangsa Indonesia masih menang dalam kondisi keragaman. “Diversity kita tertinggi di dunia,” tuturnya.

Sementara itu tokoh muda Bali Fabian Andrianto Cornelis yang juga menjadi pembicara dalam dikusi ini melihat situasi bangsa sungguh sangat kuat dengan bersatunya dua kubu yang pernah berseteru pada Pemilihan Presiden (Pilpres) beberapa waktu lalu. Meski begitu, dirinya mengajak agar generasi muda agar tidak meninggalkan ruang kritik kepada kepada pemerintah.

“Karena itu (kritik) sebagai tugas generasi muda sebagai agent of change. Pemuda itu tidak boleh diam melihat situasi yang diperspektifnya adalah aman. Justru pemuda harus menggali terus untuk mengawal kedamaian ini,” jelasnya. 

Acara kali ini dibarengi dengan deklarasi empat point pernyataan yang isinya, 
Pertama “Kami Pemuda Bali menyatakan bahwa pancasila adalah ideologi bangsa Indonesia.” 
Kedua, “Kami Pemuda Bali menyatakan bahwa Undang-undang Dasar (UUD) 1945 adalah dasar Negara Republik Indonesia.”
Ketiga, “Kami Pemuda Bali menyatakan bahwa Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan kami sebagai bangsa Indonesia.”
Kempat “Kami Pemuda Bali menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati bangsa Indonesia.”
“Merdeka! Merdeka! Merdeka!,” seru puluhan pemuda Bali ini mengakhiri deklarasi. (473)


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.