DENPASAR | patrolipost.com – Sejumlah seniman lintas bidang menggelar kolaborasi pertunjukan seni untuk menyatukan spirit artefak Nusantara di Batubelah Art Space, di Banjar Lepang, Banjarangkan, Klungkung,, Senin (18/10), sehari setelah para seniman menapak tilas ke Candi Gunung Kawi, Relief Yeh Pulu, dan Kertaghosa sebagai pemantik diskusi maupun penampilan kolaboratif.
Pertunjukan seni ini merupakan reaksi konsep dan respons yang didapatkan melalui riset ke tiga situs yang merupakan bagian dari artefak penting di Bali. Diawali penampilan perupa Made Kaek dalam aksirupa “Black-Yellow Expression” yang merupakan seri keempat berkarya di atas pelat aluminium sepanjang 12 meter. “Aksirupa ini untuk membebaskan jiwa sambil menyerap energi alam maupun kawan-kawan seniman yang hadir,” kata Kaek.
Disusul penampilan penari kontemporer Tebo Umbara lewat olah seni gerak “Panah-Memanah” yang memperagakan kelenturan tubuh dalam aksi memanah yang energik. Sementara, musisi muda berbakat Pandusukma menampilkan kepiaeaiannya melalui “intermingle process” dengan raungan gitar, perkusi, dan ramuan efek suara untuk mengiringi serta merespons pertunjukan yang digelar pagi hingga petang hari.
Dilanjutkan olah gerak tubuh nan gemulai penari asal India, Maya Row yang menyajikan “Free Flow” untuk membawa kelenturan tubuhnya bergerak bebas dan berekspresi merespons lingkungan di sekitarnya. Dirangkai dengan “Dharma”, sebuah presentasi gerak dari seniman Dedy Sumantrayasa yang menggambarkan kiat membakar, melebur atau melakukan pralina terhadap pikiran buruk dan rumitnya ritual.
Kemudian Made Yoga Jayanta menghadirkan karyanya “Gending Agrapana Nawasena”, disusul performance seniman muda pendatang baru Made Teja Kirana. Seluruh proses kegiatan divideokan oleh seniman Asok Nagara.
Perupa Sugantika Lekung menampilkan “Milik Bersama” yang secara ekpresif memukul-mukul tubuh sendiri dan mengajak para seniman lain dan undangan yang hadir untuk ikut pula meninju tubuhnya dengan sekuat tenaga. “Saya ingin mengungkapkan realitas Tat Twam Asi, bahwa apa yang kita lakukan ke orang lain sesungguhnya kita juga merasakannya. Bila sakit yang kita berikan, maka sakit pula yang kita terima dan rasakan,” tutur Lekung.
Seniman dan pegiat lingkungan dari Yogyakarta, Iwan Wijono membawakan “Perempatan” yang menjelaskan tentang seni konseptual dan hasil kontemplasi usai kunjungan ke Gunung Kawi, Yeh Pulu, dan Kertha Gosa. Iwan juga merinci bagaimana unsur kehidupan dan peradaban manusia seperti, sosial politik, ekonomi kesejahteraan, budaya spiritual, dan alam lingkungan berkorelasi dengan kesenian, serta mengajak para seniman yang hadir untuk saling berkolaborasi.
Perupa yang juga pemilik Batubelah Art Space, Wayan Sujana Suklu mengatakan, dokumentasi kegiatan yang diprakarsai Aprilia ini akan dijadikan artefak sebagaimana situs-situs yang menandai zaman. “Artefak kegiatan ini selanjutnya kami jadikan rekomendasi pengetahuan sebagai proses kebudayaan dan menjadi salah satu referensi untuk kegiatan ke depan,” kata Suklu.(jok)