JAKARTA | patrolipost.com – Jauh di daerah kumuh Jakarta, komunitas transgender menggunakan fesyen dari bahan daur ulang untuk meningkatkan kesadaran tentang kehidupan mereka dan lingkungan di kota padat penduduk dan tercemar tersebut.
Para transgender memamerkan gaun warna-warni yang terbuat dari peralatan makan plastik dan botol. Menjelang moment Natal, beberapa pakaian dari bahan plastik tersebut dibuat agar terlihat seperti pohon Natal. Tetangga mereka menyaksikan dengan kagum saat mereka berjalan mondar-mandir di atas catwalk.
Acara ini merupakan gagasan Mama Atha, pendiri sanggar tari Seroja dan ketua de facto komunitas transgender Duri, Jakarta Barat. Dia menyebut modelnya sebagai “Pahlawan Super Trans” sebagian besar berprofesi sebagai pengamen dan penata rias.
“Saat kami pulang ke kamar kontrakan, kami melihat lingkungan sekitar kami sangat kotor. Kami di Sanggar Seroja berinisiatif untuk mendaur ulang sampah dan menggunakan kembali barang-barang yang tidak terpakai,” ungkapnya pada Senin (18/12/2023).
“Alhamdulillah di Sanggar Seroja kami mampu menunjukkan kepada masyarakat bahwa kami selalu bisa berkarya,” lanjutnya.
Seperti di banyak negara lain, kehidupan homoseksual tidak mudah di Indonesia. Meskipun serangan terhadap kaum gay sangat jarang, namun tidak ada perlindungan hukum yang dibuat untuk melindungi hak-hak LGBT di Indonesia.
Kelompok hak asasi manusia khawatir bahwa komunitas LGBT dan queer akan menghadapi risiko dari perubahan hukum pidana Indonesia yang akan berlaku pada tahun 2026. Di KUHP disebutkan, pasangan, orang tua atau anak dapat melaporkan pelanggaran terkait masalah moralitas seperti tinggal bersama dan melakukan hubungan badan di luar nikah. (pp04)