SINGARAJA | patrolipost.com – Musisi muda Buleleng Ketut Suadnyana alias Jem Tatto (33) tertimpa nasib sial. Dia diusir saat beraktifitas di Pantai Pemaron di Banjar Dinas Dauh Marga, Desa Pemaron, Buleleng, Minggu (1/9) lalu. Pelakunya adalah seorang WNA asal Prancis bernama Roussel Gil Pascal Andre (51) yang mengusir Jem Tatto agar menjauh dari villanya.
Lagi, WN Asing Usir Warga Lokal Beraktivitas di Pantai Buleleng
Peristiwa itu mengulang kejadian yang sama bulan Juli lalu di Dusun Temukus, Desa Temukus, Kecamatan Banjar. Warga lokal juga dilarang mandi di pantai oleh turis asal negeri Timur Tengah yang menginap di The Villas Jalan Tulip, Desa Temukus.
Peristiwa pengusiran Roussel kepada Jem Tatto sempat viral setelah diunggah diakun miliknya dan mendapat beragam tanggapan.Tidak sedikit komentar yang meminta aparat berwenang mengusir yang bersangkutan keluar dari Bali setelah video pertengkaran Roessel dengan Jem Tatto tersebar luas di sosial media.
Pasca peristiwa itu, Senin (2/8) villa lokasi Roussel Gil Pascal Andre tinggal didatangi warga Pemaron, aparat kepolisian, aparat desa dan Imigrasi untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Sayang, Roussel tidak ada di villa tersebut.
Jem Tatto menuturkan peristiwa yang membuat dirinya bersama kawan-kawannya marah bermula saat dirinya mencari kayu bakar dan bermaksud membakar ikan di pantai Pemaron sekitar pukul 17.30 Wita. Ketika mencari kayu, Roussel keluar dari villanya dan melarangnya di pantai.
Sembari membentak, cerita Jem Tatto, Roussel mengusir agar menjauh dari lokasi vilanya. Bahkan mengeluarkan kalimat bernada ancaman. “Pergi,jangan bakar dan beraktivitas di sini. Kalau tidak mau saya boleh dong bakar rumah juga,” ucap Jem Tatto menirukan ancaman Roussel. Bahkan, Roussel sempat menantang Jem Tatto untuk adu jotos, namun warga Pemaron yang kebetulan berada di pantai keburu berdatangan.
“Kita heran, kok sekadar beraktivitas di pantai saja, kami dilarang. Kami warga lokal mendapat hak untuk menikmati pantai Pemaron,” ujar Jem Tatto.
Atas peristiwa itu, Jem Tatto berharap pihak berwenang segera mengambil sikap agar peristiwa yang sama tidak terus menerus terjadi menimpa warga lokal. “Saya berharap bule itu dideportasi oleh pihak Imigrasi, karena telah membuat onar dan resah dengan melarang warga beraktivitas di Pantai Pemaron,” imbuhnya.
Menyikapi kasus itu, Perbekel Desa Pemaron, Putu Mertayasa mengaku WNA asal Prancis bernama Roussel memang selalu membuat ulah di desanya. Tidak hanya kali ini. Sebelumnya juga sudah ada warga Pemaron yang mengeluhkan ulah Roussel. Karena melarang masyarakat bermain, mandi dan mancing. Bahkan melarang warga mencari kerang pantai ketika musim air laut surut.
Bahkan sempat, saat ada lomba kicau burung yang berlokasi tidak jauh dari vilanya, yang bersangkutan membuat berbagai ulah. Tak hanya menggembosi ban sepeda motor milik warga, bahkan memasang papan pengumuman yang meminta agar warga tidak beraktivitas di pantai dekat lokasi villa miliknya.
“Dahulu vila yang berdiri tahun 2016 itu diurus oleh istri Roussel termasuk IMB nya. Saat ini dia (Roussel, red) tinggal sendiri dan tengah menunggu proses perceraian,” ungkap Mertayasa.
Untuk tidak mengulangi ulahnya, Mertayasa mengaku telah meminta Roussel membuat surat pernyataan agar tidak melarang warga beraktivitas di pantai dan tidak membuat ulah lagi.
“Kembali Roussel membuat ulah. Kami berencana melayangkan surat kepada kantor Imigrasi Singaraja agar dapat ditindaklanjuti. Paling tidak akan ada sanksi kepada wisman tersebut,” ujarnya.
Sementara pihak Imgrasi Kelas IIB Singaraja melalui Kasi Intelejen dan Penindakan Keimigrasian, Thomas Aris Munandar mengaku sudah melakukan langkah untuk mendalami kasus tersebut. Termasuk ke lokasi pantai dan vila tempat Roussel tinggal. Namun, yang bersangkutan sedang tidak berada di tempatnya. (war)