WASHINGTON | patrolipost.com – Campur tangan Amerika Serikat untuk mendukung Israel menghadapi Hamas dan sekutunya kian menjadi-jadi. AS bahkan melanggar ‘diplomatik tabu’ dimana AS tidak bernegosiasi dengan kelompok-kelompok yang dicap AS sebagai organisasi teroris dan kebijakan ini kebijakan yang telah berlaku selama puluhan tahun.
Menurut laporan Reuters mengutip salah satu sumber pada Rabu (5/3/2025), Amerika Serikat mengadakan pembicaraan rahasia dengan Hamas untuk mengamankan pembebasan sandera AS yang ditawan di Gaza, sementara Presiden Donald Trump memperingatkan tentang “neraka yang harus dibayar” jika kelompok militan Palestina itu tidak mematuhinya.
Namun, ketika dikonfirmasi terkait negosiasi dengan Hamas, pihak Gedung Putih menegaskan, Utusan urusan sandera AS Adam Boehler memiliki wewenang untuk berbicara langsung dengan Hamas.
Boehler dan pejabat Hamas bertemu di Doha dalam beberapa minggu terakhir, kata dua sumber yang diberi pengarahan tentang negosiasi tersebut, namun tidak jelas siapa yang mewakili Hamas.
Di Gedung Putih, Trump bertemu dengan sekelompok sandera yang baru-baru ini dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata Gaza, dan ia mengeluarkan ancaman baru yang keras terhadap Hamas dalam sebuah unggahan media sosial.
Ia menuntut agar Hamas “membebaskan semua sandera sekarang, bukan nanti,” termasuk sisa-sisa sandera yang telah meninggal, “atau semuanya BERAKHIR bagi Anda.”
“Saya mengirimkan semua yang dibutuhkan Israel untuk menyelesaikan tugasnya, tidak ada satu pun anggota Hamas yang akan aman jika Anda tidak melakukan apa yang saya katakan,” katanya.
“Juga, kepada Rakyat Gaza: Masa Depan yang indah menanti, tetapi tidak jika Anda menyandera. Jika Anda melakukannya, Anda MATI! Buatlah keputusan yang CERDAS. BEBASKAN SANDERA SEKARANG, ATAU AKAN ADA NERAKA YANG HARUS DIBAYAR NANTI!” Peringatan Trump menggemakan ancamannya “neraka yang harus dibayar” sebelum kembalinya pada 20 Januari ke Gedung Putih, yang diikuti oleh gencatan senjata dan kesepakatan sandera pada pertengahan Januari yang ia klaim sebagai prestasinya sebelum Presiden Joe Biden saat itu meninggalkan jabatannya.
Sekali lagi, Trump tidak menyebutkan secara pasti tindakan apa yang mungkin diambilnya jika Hamas gagal mematuhinya. Kelompok militer Mujahidin Palestina di Gaza mengecam peringatan Trump, dengan mengatakan hal itu menunjukkan niat pemerintahannya “untuk melanjutkan sebagai mitra dalam kejahatan genosida terhadap rakyat kami,” Israel membantah tuduhan genosida.
“Ancaman Trump hari ini dengan jelas memperlihatkan wajah buruk Amerika Serikat dan menunjukkan kurangnya keseriusan dan penolakannya terhadap perjanjian yang dimediasinya,” kata kelompok itu. Namun, Hamas belum mengomentari ancaman Trump. (pp04)