BORONG | patrolipost.com – Kisah kehidupan Saida Yusuf (65) jauh dari kata sejahtera. Saida tinggal di gubuk bambu yang berdiri di atas lahan milik orang. Setiap hari tidak dijamin untuk bisa makan. Salah satu sumber makanan baginya adalah uluran tangan orang-orang di sekitarnya yang merasa peduli saja.
Kepada patrolipost.com, Rabu (12/6/2024), Saida mengungkapkan kisah pilu dan pahitnya hidup.
“Setiap hari saya lalui dengan penuh keraguan apakah bisa makan atau tidak. Hampir tidak ada alasan untuk bisa sedikit berbahagia dalam hidup karena selalu diselimuti kekurangan,” ungkapnya.
“Bahkan gubuk tempat kami tinggal ini berdiri di atas lahan milik orang yang berbaik hati kepada kami. Namun apa pun itu, yang jelas bukan milik kami sendiri,” sambungnya.
Saida tinggal bersama anak perempuannya yang sudah menikah di gubuk yang beralamat di Watu Ipu, Kelurahan Kota Ndora, Kecamatan Borong, Manggarai Timur. Suami dan anaknya berpenghasilan tidak menentu. Hanya bersandar pada hasil melaut yang tidak seberapa dibandingkan dengan kebutuhan mereka sehari-hari.
“Meskipun terasa agak berat untuk mengungkapkan hal ini, tetapi jalan satu-satunya bagi kami adalah memohon pertolongan dari pemerintah agar bisa melihat kami,” ungkap Saida.
Sementara itu SN, salah satu staf Dinas Sosial Manggarai Timur mengungkapkan bahwa Dinsos Matim juga memberi perhatian kepada keluarga Saida. Namun perhatian tersebut belum cukup dibandingkan kondisi ekonomi Saida yang sangat memprihatinkan.
“Dinsos Matim memang memberi perhatian kepada keluarga Saida. Namun, perhatian Dinsos Matim saja tidak cukup. Keluarga Saida membutuhkan perhatian pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial agar bisa terangkat dari situasi ini,” tukas SN. (pp04)