DENPASAR | patrolipost.com – Sejarah perjalanan panjang musik pop Bali “tempo doeloe” hingga memasuki era milenial saat ini terdokumentasikan dengan rapi dalam buku “Kéné Kéto Musik Pop Bali” karya I Made Adnyana yang dilaunching di Kebon Vintage Cars, Denpasar, Rabu (9/9/2020).
Musik pop Bali mulai muncul pada era 60-an, walau masih sederhana dan terbatas, lalu mulai direkam dalam bentuk pita kaset dan disebarluaskan pada pertengahan tahun 70-an. Seiring perjalanan waktu dan berpacu dengan perkembangan teknologi yang serba canggih dan modern saat ini, lagu-lagu pop berbahasa Bali pun makin berkembang pesat.
Buku setebal 170 halaman yang diterbitkan Mahima Institute Indonesia ini membahas serba serbi perjalanan puluhan tahun kiprah musik pop Bali hingga komentar sejumlah perintis musik pop Bali. Juga dikupas profil para pencipta lagu pop Bali, perusahaan rekaman lagu pop Bali yang kini tinggal nama, politisi, dan dokter pun ikut rekaman lagu pop Bali, yang disampaikan secara lugas dalam gaya tulisan khas jurnalistik.
“Ada begitu banyak cerita menarik di balik pasang surut perkembangan musik pop Bali, namun belum bisa semua dituangkan dalam buku “Kéné Kéto Musik Pop Bali”, karena keterbatasan waktu dan halaman,” kata Made Adnyana, yang pernah bergabung di beberapa media cetak seperti, Mingguan Nafiri, Wiyata Mandala, Bali Post Minggu, DenPos, dan Bali Tribune.
Menurut pria kelahiran Pupuan, Tabanan, 23 Oktober 1971 ini, buku tersebut berisi kumpulan sejumlah catatan kecil dari aktivitas kewartawanan yang dilakoninya sejak 1998, khususnya hasil liputan musik pop Bali. “Musik pop Bali tak bisa dipandang sebelah mata dan dipahami hanya dari satu sisi,” ujar Adnyana, yang juga dosen pengampu mata kuliah Kewarganegaraan dan Jurnalistik pada Program Studi Bahasa Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mahadewa Indonesia.
Buku ini diterbitkan sebagai bentuk dedikasi atas penghargaan Bali Jani Nugraha 2019 yang diterimanya untuk kategori pengabdi kritik musik dan film. Awalnya buku ini dicetak terbatas pada Juli lalu, yang menuai banyak apresiasi dan permintaan, sehingga kembali dicetak kedua kalinya untuk diedarkan secara luas.
“Buku ini menarik, karena jarang ada yang memberi perhatian secara intens dan menulis tentang musik pop Bali. Pak Adnyana ini mahluk langka, karena penulis musik pop Bali itu langka,” komentar Gde Aryantha Soethama, seniman sekaligus sastrawan yang banyak menulis novel dan buku tentang sosial masyarakat Bali. (246)