JAKARTA | patrolipost.com – Setelah memberlakukan satu kali PPKM darurat dan tiga kali perpanjangan PPKM level 3-4, angka kasus aktif nasional berhasil diturunkan sebesar 25,77 persen dari puncaknya pada Juli lalu. Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengungkapkan, kenaikan kasus aktif terekam sejak dua pekan setelah libur Idul Fitri.
Saat itu angkanya menanjak dengan kecepatan tinggi. Naik tiga kali lipat dibanding puncak kasus pertama pada 5 Februari 2021. ”Saat itu puncak kasus mencapai 176 ribuan kasus. Kemudian, pada 24 Juli lalu, puncak kasus mencapai 574.135. Kemudian pasca 24 Juli sudah terlihat penurunan,” jelas Dewi.
Penurunan tersebut adalah hasil dari penerapan PPKM darurat dan PPKM level 3-4 yang berjalan hingga saat ini. Utamanya di Jawa dan Bali. Dalam tiga pekan terakhir, kasus aktif terus mengalami penurunan hingga minus 25 persen dari puncaknya.
Meski demikian, Dewi mengatakan, angka kasus aktif nasional masih berada di kisaran 400 ribuan. Angka itu masih cukup tinggi dan masih harus ditekan. ”Inilah kenapa kemudian pemerintah mengambil kebijakan PPKM level 4 selama satu minggu dan di luar Jawa-Bali selama dua minggu,” ungkapnya.
DKI Jakarta menjadi provinsi dengan penurunan kasus aktif tertinggi. Dewi menyebutkan, DKI Jakarta mengalami kenaikan kasus pada awal Juli lalu sampai sepuluh kali lipat. Dalam waktu tiga minggu, kasus aktif sudah berkurang sampai 90,18 persen dari puncaknya. ”Data ini per 11 Agustus 2021,” katanya.
Jawa Tengah sempat mencatatkan kenaikan lebih dari sembilan kali lipat. Dari semula 6.700-an kasus naik ke 60 ribuan kasus atau naik sepuluh kali lipat. ”Turunnya dua minggu terakhir. Jawa Tengah penurunan 38,5 persen. Progressing dengan baik,” ucap Dewi.
Jawa Barat juga sempat mengalami kenaikan enam kali lipat dengan puncaknya 4 Juni lalu. Dalam kurun waktu dua minggu terakhir, penurunannya 42,91 persen. Jawa Timur berhasil menurunkan kasus cukup signifikan, yakni minus 44,80 persen.
Hanya Provinsi Bali yang terlihat masih berjuang menurunkan kasus dengan persentase penurunan masih berkisar di minus 7 persen dari puncak. ”Jadi, meskipun data nasional penurunan masih 25 persen, tapi di beberapa provinsi ada yang sudah berhasil 30, 40, bahkan 90 (persen) seperti DKI Jakarta,” jelas Dewi.
Sementara itu, Jawa Timur masih menjadi provinsi dengan kasus kematian tertinggi. Baik secara kumulatif maupun secara persentase dari kasus positif. Secara kumulatif, Jawa Timur mencatatkan 22.997 kasus kematian atau 6,87 persen dari total kasus positif. (305/jpc)