DENPASAR | patrolipost.com – Setiap manusia pasti memiliki ketakutan yang sangat berlebihan (fobia) terhadap benda maupun keadaan tertentu. Salah satunya ketakutan terhadap jarum suntik. Sementara di Indonesia khususnya Bali saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan proses vaksinasi Covid-19.
Meskipun vaksin menjadi jawaban kekhawatiran masyarakat di masa pandemi, justru vaksinasi memunculkan ketakutan bagi sebagian orang yang fobia jarum suntik.
Psikolog RSUP Sanglah, Lily Puspa Palupi S mengatakan, setiap orang memiliki mekanisme masing-masing dalam menangani ketakutan atau fobia tersebut.
“Sebenarnya setiap orang beda-beda sih punya mekanisme sendiri. Jadi cara pertama dari diri sendiri,” ujar Lyli Puspa ditemui di RSUP Sanglah Denpasar, Rabu (3/3/2021).
Menurut Lyli, biasanya orang yang memiliki fobia tersebut punya masa lalu atau pengalaman yang kurang baik terhadap benda maupun suatu kondisi tertentu.
“Pahami vaksinasi Covid-19 merupakan suatu hal yang penting dan akan memberikan manfaat buat diri sendiri di masa pandemi ini,” jelasnya.
Lebih lanjut Lyli memaparkan, adapun terkait fobia jarum suntik dalam menghadapi vaksinasi Covid-19 nanti, dapat diatasi dengan beberapa tips. Yang pertama, untuk mengatasi kecemasan saat akan disuntik vaksin, maka perlu melakukan cara yang mudah yakni relaksasi.
“Relaksasi, ya semalam sebelum vaksin dengan cara mendengarkan musik relaks, santai dan tenang,” kata Lyli.
Selain itu, dapat memberikan diri sendiri motivasi dengan kata-kata positif atau tanamkan dan yakinkan diri bahwa ini proses yang aman.
“Berkata pada diri sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. Ini adalah sesuatu yang tidak berbahaya, artinya kata-kata positif ini bisa membuat kita tenang juga,” ujarnya.
Tidak hanya itu, dengan ditemani atau didampingi oleh seseorang yang bisa membuat nyaman dan dapat memberi rasa aman, maka ketakukan maupun kecemasan dapat diminimalisasikan saat bersama orang tersebut.
“Perlu meminta ditemani seseorang, saudara maupun pasangan yang bisa membuat nyaman. Kita akan merasa lebih nyaman dan aman ketika ditemani oleh orang itu,” paparnya.
Namun Lyli mengimbau bahwa sebelum dilakukan penyuntikan vaksin, diharapkan memberitahukan vaksinator terlebih dahulu tentang diri yang fobia jarum suntik. Sehingga dalam hal ini, vaksinator dapat mengantisipasi akan respon dari pemilik fobia jarum suntik tersebut.
“Kalau memang punya ketakutan akan jarum suntik, sebaiknya saat proses interaksi mungkin perlu ngomong dulu. Jadi dapat diantisipasi juga, apa saja yang bisa dipersiapkan terlebih dahulu dengan reaksi fobia itu. Jangan saatnya dia disuntik, dia baru memperlihatkan respon takut jarum suntik,” terangnya.
Selain itu, Lyli menjelaskan bahwa jika fobia itu tidak bisa diantisipasi dan memang mengganggu bagi penderitanya, maka perlu dikonsultasikan ke psikolog guna mendapat penanganan lebih lanjut.
“Kalau misalnya memang punya masalah tersebut dan mengganggu, terutama tidak bisa sama sekali didiantisipasi. Ya memang perlu untuk misalnya ke psikolog atau ke kantor psikologis untuk konsultasi bagaimana cara menangani fobia itu,” tandas Lyli. (cr02)