Meningkat, Produksi Dupa Warga Batununggul Semakin Diminati Pasar

Kreativitas warga dan anggota PKK Desa Batununggul dalam upaya mengembangkan produksi dupa dimasa pandemi Covid-19. (ist)

SEMARAPURA | patrolipost.com – Kreativitas dalam situasi yang tidak menentu tidaklah membuat surut semangat warga Nusa Penida. Meski demikian, ekonomi yang sulit akibat pandemi Covid-19 tidak mesti diratapi. Tapi dengan kreativitas, apapun masalahnya akan bisa menemukan solusi. Seperti yang dilakukan PKK Desa Batununggul, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung.

Dalam situasi pandemi, mereka memaksimalkan potensi yang ada dengan konsep pemberdayaan PKK Desa Batununggul, melirik potensi dupa sebagai penggerakan ekonomi. Pelatihan yang dilakukan selama dua kali pertemuan dimanfaatkan betul PKK desa. Dipilihnya dupa sebagai program pemberdayaan tiada lain adalah kebutuhan dasar masyarakat selain sembako. Dupa potensinya sangat besar selama ini Nusa Penida khususnya Desa Batununggul masih mengandalkan pasokan dupa dari Bali Daratan.

Hal ini disampaikan Perbekel Desa Batununggul, I Ketut Sulatra, Senin (17/5), dirinya menyatakan bahwa membangkitkan potensi ekonomi yang menjanjikan dimaksimalkan sebagai pemberdayaan masyarakat serta sebagai penopang ekonomi masyarakat. Dipilihnya dupa sebagai program pemberdayaan tak lain sebagai kebutuhan pokok selain sembako. Disaat seperti ini dupa masih tetap dibutuhkan masyarakat.

“Pergerakan ekonomi masyarakat tetap terjaga potensi yang ada dimaksimalkan secara baik. Memanfaatkan pelatihan dua kali pertemuan saya rasa PKK Desa keseriusannya sangat tinggi. Jadi responnya ada, pembeli juga ada, produksi setelah itu Bumdeslah sebagai motor penjualan nanti untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di Batununggul,“ tuturnya.

Sulatra menyatakan, melihat respon masyarakat terhadap produk yang dihasilkan PKK Desa Batununggul dilirik masyarakat. Ia menyebut ada sebuah kebanggan di sini ketika produk lokal bisa bersaing.

Dupa celup hasil produksi menghasilkan varian produk diantara satu kilo dihargai Rp30 ribu berlaku pada semua aroma. Sementara yang herbal dihargai Rp32 ribu. Produksi bulan lalu sudah terjual habis, dari hal tersebut produksi ditingkatkan merambah pasar yang lebih luas lagi.

Berbiacara pasar, kata Sulatra Bumdes menggarap penjualan nanti dan melakukan kerja sama dengan Bumdes yang ada di Nusa Penida selain bermitra dengan pedagang yang ada di wilayah Desa Batununggul. (855)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.