MiCE to Meet You Kemenparekraf: Menjaga Asa Pesona Bahari Indonesia Timur

mice
Bincang santai MiCE to Meet You: Jelajah Pesona Bahari di Timur Indonesia bersama Menparekraf dan sejumlah pegiat lingkungan hidup di Labuan Bajo, Kamis (15/8/2024). (ist)

LABUAN BAJO | patrolipost.com – Indonesia dengan lebih dari 17.000 pulau yang tersebar di sepanjang khatulistiwa, telah lama dikenal sebagai surga wisata bahari. Keindahan laut yang tak tertandingi, mulai dari terumbu karang yang menakjubkan hingga pantai-pantai berpasir putih, menjadikan Indonesia sebagai destinasi favorit bagi para pelancong dari seluruh dunia.

Namun, seiring dengan meningkatnya popularitas, tantangan besar muncul dalam menjaga kelestarian lingkungan laut yang rapuh ini. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan tentu selain berdampak positif juga berdampak negatif, salah satunya menjadi penyumbang terbesar sampah.

Bacaan Lainnya

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melalui kegiatan MiCE to Meet You: Jelajah Pesona Bahari di Timur Indonesia, Kamis (15/8/2024) melaksanakan diskusi dengan sejumlah local champion, asosiasi dan komunitas yang berperan untuk memajukan dan menjaga kelestarian alam wisata Bahari.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahudin Uno yang menjadi keynote speaker dalam diskusi menyampaikan bahwa Indonesia berkomitmen untuk tidak hanya mempertahankan daya tarik wisata bahari, tetapi juga memastikan bahwa ekosistem laut tetap terlindungi bagi generasi mendatang.

“Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga kekayaan lautnya. Melalui pengembangan wisata bahari yang berkelanjutan, kami ingin memastikan bahwa keindahan laut kita tidak hanya dapat dinikmati hari ini, tetapi juga untuk anak cucu kita di masa depan. Ini adalah investasi jangka panjang yang akan membawa manfaat ekonomi dan lingkungan,” kata Sandiaga Uno.

Sandiaga menyebut  semua pihak memiliki tugas untuk menjaga kelestarian alam wisata Bahari seperti Pengendalian Jumlah Pengunjung/WIsatawan, Melaksanakan Program Edukasi dan Kesadaran Lingkungan bagi masyarakat lokal dan pengusaha/pengelola daya tarik wisata, Melakukan Restorasi dan Konservasi Ekosistem Laut.

Tugas-tugas tersebut kata Sandiaga bukanlah hanya tanggung jawab Kemenparekraf atau institusi tertentu saja, tapi juga merupakan tugas dan tanggungjawab semua pihak.

“Dan sangat penting untuk mengajak keterlibatan komunitas dan masyarakat agar semua tujuan dari wisata Bahari yang berkelanjutan dapat tercapai dan memberi manfaat kepada semua pihak khususnya masyarakat local,” kata Sandiaga.

Hadir dalam kegiatan ini adalah 2 narasumber yang merupakan pemerhati dan pegiat sampah di Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo. Keduanya adalah, Martha Muslin, anggota Indonesia Waste Platform dan Stefan Rafael, si manusia Plastik atau Plastik Man.

Martha Muslin menyebut, berdasarkan hasil kajian yang dilakukan pada tahun 2007, masalah sampah merupakan satu dari sekian pengalaman buruk yang dirasakan wisatawan saat berkunjung ke destinasi wisata di Labuan Bajo dan Maumere, Kabupaten Sikka.

Selain itu, hasil pengamatan juga menunjukan wisatawan turut menjadi penyumbang sampah terbesar di sejumlah destinasi wisata yang ada di Pulau Flores. Rata-rata, sampah yang dihasilkan 2 kali lipat lebih banyak dibanding penduduk lokal.

“Kita semua tau turis itu menghasilkan 2,5 kali lipat sampah lebih dari masyarakat lokal. Kalau kita 0,6 kg per orang per hari, turis itu 2,5 kali lipatnya,” ujar Martha.

Martha juga menyebut, di Kabupaten Manggarai Barat, salah satu jenis sampah yang banyak ditemukan di wilayah perairan Taman Nasional Komodo dan perairan Labuan Bajo adalah sampah plastik bekas es batu. Jumlahnya pun fantastis dengan ribuan plastik setiap harinya.

“Ada teori baru bahwa sumber sampah di Mabar itu lebih dari 20 ribu plastik es berakhir di lautan setiap hari. Dan itu kami sudah lakukan studi,” sebut Martha.

Sejumlah langka solutif pun telah dilakukan Indonesia Waste Platform dalam mengurangi dan mengatasi peningkatan jumlah sampah di lautan dan pulau pesisir. Salah satunya dengan mengumpulkan sampah sampah di 5 pulau pesisir yakni, Pulau Komodo, Rinca, Papagarang, Messa dan Sebayur. Hingga kini total sudah lebih dari 200 ton sampah dikirim ke Pulau Jawa untuk didaur ulang.

Hal lainnya yang dilakukan adalah dengan mendirikan Environmental Learning Center, tempat untuk mempelajari tentang lingkungan, mitigasi dampak pariwisata terhadap lingkungan, serta hal lainnya yang berhubungan dengan sampah dan ekosistem biota laut.

Sementara, Stefan Rafael, pria yang dijuluki Plastic Man ini menyebut, salah satu upaya mengurangi jumlah sampah plastik adalah melalui pemberian edukasi baik kepada pelajar sekolah maupun masyarakat umum serta mengurangi jumlah sampah pada tempat-tempat yang menjadi pusat aktivitas Masyarakat.

“Kalau untuk sampah saya lebih ke pendekatan edukasi, fokus sampah plastik dan Polimer yang ada laut, muara sungai, bantaran sungai dan danau. Indikatornya, dimana air mengalir, sampah plastik ada di sana maka fokus kita di sana,” sebut Rafael.

Dia menyebut, salah satu upaya efektif dalam memerangi masalah sampah adalah dengan memperkenalkan bahaya sampah bagi kehidupan manusia dan lingkungan serta cara pengelolaanya melalui sekolah sekolah dengan menjadikan sampah sebagai salah satu materi pembelajaran.

“Pengurangan sampah plastik harus dirancang yaitu melalui kurikulum sekolah. Dengan menerapkan citizen scientist model dan mengikuti program yang dilakukan pemerintah yaitu kurikulum merdeka, disana ada PBL (Project Based Learning), bagaimana sampah yang ada di sekitar kita, kita kumpulkan untuk dipelajari, dan bisa diolah menjadi sumber uang,” sebutnya.

Selain itu, terhadap sejumlah sampah di laut yang sulit didaur ulang seperti material perkapalan yang terbuat dari besi, tembaga kuningan maupun material lainnya dapat diolah menjadi habitat baru bagi biota laut.

Kegiatan MiCE to Meet You: Jelajah Wisata Bahari di Timur Indonesia, merupakan bentuk kolaborasi antara komunitas serta pemangku kepentingan yang bertujuan untuk menjaring aspirasi dari masyarakat yang diwakili oleh komunitas pariwisata dan ekonomi kreatif.

Program ini diharapkan menjadi sebuah pertemuan yang baik dan menyenangkan bagi Kemenparekraf bersama stakeholder dan komunitas pariwisata di daerah untuk berdiskusi dan bertukar pikiran.

Kegiatan yang dikemas dengan Dialog Interaktif, display produk dari local champion, dan games ini melibatkan pemangku kepentingan yang turut mengembangkan wisata bahari seperti pemda, otoritas Taman Nasional Pulau Komodo, Asosiasi Pengusaha Wisata Bahari dan Tirta,  komunitas pemerhati lingkungan dan pariwisata, komunitas selam (diving), komunitas mancing, komunitas olahraga air dan komunitas adventure.

Dalam kegiatan MiCE to Meet You: Jelajah Pesona Bahari di Timur Indonesia, Sandiaga Uno mengapresiasi para local champion yaitu Ibu Marta (Ica) Tulis dari Indonesia Waste Platform dan Bapak Stefan Rafael dari Plastic Man Institute yang telah dan masih mendedikasikan waktu, tenaga dan pikiran mereka dalam menjaga, melestarikan dan mengembangkan wisata Bahari yang berkelanjutan di Labuan Bajo.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga mengapresiasi seluruh lapisan masyarakat di Labuan Bajo yang sudah berkolaborasi dengan baik dan berharap kolaborasi ini semakin solid untuk kesejahteraan bersama.

Dalam kegiatan ini hadir pula Sekretaris Deputi Bidang Pariwisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Kemenparekraf, Ni Komang Ayu Astiti, Kepala Balai Taman Nasional Komodo Hendrikus Rani Siga, Kepala Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kebudayaan Manggarai Barat, Gabungan Pengusaha Wisata Bahari dan Tirta Indonesia Cabang Manggarai Barat dan Komunitas Pariwisata Ekonomi Kreatif. (334)

Pos terkait