BANGLI | patrolipost.com – Pasangan calon (paslon) nomor urut 1, Raden Cahyo Adhi Nugroho Martosubroto – I Gusti Made Winuntara (Santuy) ingin meningkatkan layanan kesehatan di Bangli. Di tiap-tiap Puskesmas bisa tersedia dokter spesialis, sehingga masyarakat dapat pelayanan yang lebih prima dan merata.
Hal tersebut diutarakan Raden Cahyo usai simakrama di Banjar Tembuku Kaja, Desa Tembuku, Kecamatan Tembuku, Bangli pada Sabtu (9/11/2024).
Menurut Raden Cahyo aspirasi masyarakat yang didapat dalam simakrama ini, ternyata masyarakat menginginkan peningkatan layanan kesehatan dan sistem rujukan BPJS Kesehatan.
Raden Cahyo yang didampingi anggota DPRD Bangli, I Made Sudiasa mengatakan ketika terpilih akan langsung mengoordinasikan kepada pimpinan BPJS. Yang mana dirinya sempat mendapat aspirasi terkait adanya informasi imbauan kepada masyarakat agar BPJS Bangli hanya digunakan di Bangli saja.
Selain itu untuk peningkatan layanan seharusnya di setiap kecamatan harus ada klinik atau setingkat Puskesmas yang ada dokter spesialis.
“Itu akan kami pastikan, karena merupakan program pemerintah pusat. Hak masyarakat untuk mendapat kesehatan adalah sama untuk seluruh warga Indonesia. Jadi BPJS harus bisa digunakan dimana saja dan kualitas fasilitas kesehatan harus diperbaiki,” ungkap Raden Cahyo.
Kata dia kesehatan merupakan urusan hidup mati manusia. Ditegaskan jika pihaknya tidak akan mengambil keuntungan apapun dari hidup mati manusia.
“Kita percaya dengan karma dan kita akan melakukan yang terbaik untuk ke depannya. Kita tidak menyalahkan siapa pun, kita tutup buku. Mari kita menatap ke depan dan kita benahi bersama masalah-masalah yang terjadi,” kata Raden Cahyo.
Disinggung terkait rujukan berjenjang yang kerap menyulitkan masyarakat, Raden Cahyo menyampaikan jika rujukan berjenjang itu, merupakan kebijakan yang mungkin nanti juga akan berubah. Raden Cahyo memastikan BPJS akan lebih cepat bisa digunakan.
“Artinya seluruh fasilitas BPJS harus bisa digunakan dimana saja,” sebutnya.
Lebih lanjut, ketika ada yang sakit harus diprioritaskan. Tidak boleh menunggu. Sebab, kadang-kadang kita bisa lupa bahwa waktu 5 sampai 10 menit adalah waktu yang kritis untuk seseorang.
Ia pun mencontoh, dirinya juga mendapat pengalaman spiritual ketika istrinya melahirkan bulan Juni lalu secara prematur. Saat itu, istrinya harus berpindah rumah sakit untuk kelangsungan hidup anaknya dengan ambulance.
“Pada saat itu, kami berjanji dan bersumpah pada semesta alam, bahwa saya ingin memperbaiki fasilitas kesehatan. Saya dan istri yang sudah berkecukupan kadang-kadang juga kesulitan dengan fasilitas kesehatan. Apalagi masyarakat lain yang ada di desa dan pegunungan. Astungkara, ketika kami bersumpah seperti itu, Hyang Maha Kuasa memberikan kesehatan pada anak kami,” ungkapnya, seraya mengajak masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan perubahan Bangli jadi lebih baik. (750)