GIANYAR | patrolipost.com – Empat krama subak Teges Ulu, Banjar Sakah, Batuan Kaler, Sukawati, meninggal dalam waktu yang berdekatan sehingga diadakan pecaruan guru piduka digelar, Rabu (3/6/2020). Kematian beruntun ini membuat resah lantaran gejala awal yang diderita hampir sama.
Apalagi hingga kini sejumlah krama subak masih ada yang menderita gejela yang sama. Keluhan sakit perut, pusing dan mual-mual dirasakan, setelah mereka mengonsumsi olahan daging serangkaian prosesi Mesaba di pura subak setempat.
Dari informasi yang diterima, Selasa (26/5/2020) pekan lalu dari 55 krama subak, untuk pembatasan kerumunan, 20 krama dilibatkan untuk subak melaksanakan kegiatan pemotongan dua ekor babi, serangkaian upacara Mesaba di pura setempat. Satu ekor babi diolah untuk sesajen dan untuk konsumsi krama berupa lawar dan olahan lainnya. Sedangkan satu ekor lagi diperuntukan persembahan babi guling.
“Seperti biasa, usai mebat (melakukan olahan) krama santap bersama dan sebagian dibawa pulang,” ungkap Pekaseh Subak Teges Ulu, Dewa Nyoman Yuda.
Namun Selasa (26/5/2020) malam petaka pun mulai melanda. Secara beruntun empat krama subak meninggal lantaran mengeluhkan mual dan sakit perut dan sejumlah krama lainnya juga menderita hal yang sama.
“Kami tidak berani menduga penyebabnya. Namun secara niskala ini bagi kami ini adalah sebuah musibah sehingga kami menggelar pecaruan ini setelah memohon petunjuk Pandita dan Pinandita,” ungkapnya.
Awalnya, meninggalnya krama subak ini dianggap hal yang wajar tanpa prasangka apapun. Diawali dengan kematian I Nyoman Dumun dan adik kandungnya I Ketut Rawa secara meruntun, pada Selasa (26/5) malam dan Rabu (27/5) dinihari sekitar pukul 03.00 Wita.
Berselang sehari, kembali terjadi kematian dua krama lainnya yakni I Nyoman Kamboja pada Kamis (28/5) pagi dan I Ketut Sujana pada sore hari. Keempat almarhum telah dikuburkan di setra desa setempat.
Krama mulai was-was karena masih ada sejumlah krama yang masuk rumah sakit. Salah satunya adalah I Nyoman Suwandi yang mengeluh pusing dan mual hingga dilarikan ke rumah sakit. Sejak saat itu, krama mengkait-kaitkan musibah ini dengan kegiatan di pura setelah mengonsumsi olahan babi.
Hanya saja, pihaknya tidak ingin berspekulasi. Terlebih informasi yang didapatnya, kematian salah satu krama subak tersebut karena demam berdarah. Namun demikian, ada satu orang yang meninggal diduga kekurangan cairan setelah mengalami mencret semalaman.
“Makanya kami tidak berani menduga-duga penyebabnya. Saya memang sempat ke dokter karena sakit perut. Saya berharap musibah ini segera berlalu sehingga tidak ada dugaan aneh-aneh lagi,” pungkasnya. (338)