GIANYAR | patrolipost.com – Setelah sukses meluncurkan album kompilasi sonic/panic yang melibatkan 13 musisi lintas genre, inisiatif IKLIM kembali menghadirkan sonic/panic Vol. 2.
Album kompilasi ini menggabungkan suara dari 15 musisi dari berbagai wilayah Indonesia, untuk menyuarakan urgensi krisis iklim serta ajakan untuk menjaga bumi.
Salah satu inisiator inisiatif IKLIM Gede Robi Supriyanto menegaskan kekuatan musik sebagai medium perubahan.
“Musik itu powerful. Untuk membuat perubahan, kita harus menyentuh hati orang, dan seni adalah media yang paling efektif untuk itu,” kata Gede Robi, di Ubud, Minggu, 10 November 2024.
Menurutnya, isu lingkungan merupakan topik yang penting untuk dibicarakan dan diangkat oleh IKLIM.
Cholil Mahmud dari Efek Rumah Kaca menekankan pentingnya lokakarya yang diadakan oleh IKLIM sebagai bagian dari proses pembuatan album.
“Sebelum mengerjakan album, kami mengikuti workshop pendalaman materi. Ini yang membedakan sonic/panic Vol.2 dari kompilasi-kompilasi serupa yang pernah kami ikuti sebelumnya,” kata Cholil.
Sementara itu, Camat Ubud I Dewa Gde Pariyatna menyampaikan apresiasi atas digelarnya IKLIM Fest dan menegaskan bahwa isu iklim harus terus diangkat, sehingga rekomendasi kebijakan dapat disusun.
Krisis İklim bukan lagi sekadar isu global, namun kenyataan yang harus dihadapi setiap negara, termasuk Indonesia.
“Dampaknya terasa dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari frekuensi bencana alam yang meningkat hingga kerusakan ekosistem,” kata Gde Pariyatna.
Selain musisi, IKLIM juga melibatkan seniman dalam menyuarakan harapan dan keresahan terhadap krisis iklim. Hasil karya mereka dipamerkan dalam pameran Titik Kritis di Biji World, Ubud.
Salah satu karya, dari Maghfiro Izzani Mauliana Ikwan, mengeksplorasi ketahanan pangan, mengangkat isu perubahan lahan kebun menjadi pabrik dan ironi di balik kebijakan impor beras yang dipengaruhi perubahan iklim. (pp03)