SEMARAPURA | patrolipost.com – Raja Klungkung, Ida Dewa Agung Jambe yang gugur saat perang puputan tahun 1908, resmi ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh negara. Rencananya penetapan Ida Dewa Agung Jambe sebagai pahlawan nasional, akan diumumkan langsung oleh Presiden RI, Joko Widodo bersama dengan lima Pahlawan Nasional lainnya di Istana Negara pada peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2023.
Penglingsir Puri Agung Klungkung Ida Dalem Semara Putra, bersama dengan Kepala Dinas Sosial, Pemerdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Klungkung, I Gusti Agung Putra Mahajaya berangkat langsung ke Jakarta terkait penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada Ida Dewa Agung Jambe.
“Kami sangat senang sekali. Akhirnya leluhur kami dinobatkan sebagai pahlawan nasional. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, yang telah mendukung dan memperjuangkan Ida Dewa Agung Jambe dinobatkan sebagai pahlawan nasional,” ujar Penglingsir Puri Agung Klungkung, Ida Dalem Semara Putra, Kamis (9/11/2023)
Menurutnya hal ini sudah lama ditunggu-tunggu oleh keluarga besar Puri Klungkung. Terlebih upaya pengusulan tokoh Puri Klungkung sebagai pahlawan nasional sudah sejak lama dilakukan. Mulai dari Ida Dewa Istri Kanya, yang berjuang menghadapi Belanda pada Perang Kusamba tahun 1849. Namun karena minimnya bukti autentik dari sosok Ida Dewa Istri Kanya, perempuan yang memimpin pasukan Klungkung tersebut belum bisa dinobatkan sebagai pahlawan.
Lalu disusul dengan pengusulan Raja Klungkung, Ida Dewa Agung Jambe sejak tahun 2021 silam dan akhirnya bisa dinobatkan sebagai pahlawan nasional pertama asal Kabupaten Klungkung.
“Ini sudah lama kami tunggu-tunggu. Sudah lama leluhur kami diperjuangkan untuk menjadi pahlawan nasional. Akhirnya tahun ini mendapat pengakuan dari pemerintah,” ungkap Ida Dalem Semara Putra.
Menurut Ida Dalem Semara Putra, dari cerita dan catatan-catatan yang ada, sosok Ida Dewa Agung Jambe dikenal sebagai seorang raja yang memperjuangkan kedaulatan diatas segala-galanya. Seorang pejuang yang tidak pernah menyerah dengan kolonial Belanda.
Puncaknya pada 28 April 1908, Ida Dewa Agung Jambe bersama keluarganya dan rakyat memilih puputan atau perang hingga titik darah penghabisan melawan Belanda. Dalam peristiwa itu, raja hingga putra mahkota gugur di medan pertempuran.
“Beliau tidak menyerah dan memutuskan berperang melawan kolonial Belanda sampai titik darah terakhir. Demi harkat dan martabat serta kedaulatan di atas segala-galanya,” pungkasnya. (855)