JAKARTA | patrolipost.com – Vape atau rokok elektrik lagi nyaris merenggut nyawa seseorang. Kali ini dialami oleh perawat muda dari Virginia bernama Jonathan Belcher. Pria berusia 22 tahun ini mengaku kecanduan vape setiap hari. Dia sudah mulai ngevape sejak usia 17 tahun dan biasanya mengkonsumsi nikotin dalam jumlah yang setara dengan 20 batang rokok.
Suatu hari Belcher terbangun karena merasakan sakit yang luar biasa di belakang bahu kirinya. Rasa sakit itu semakin parah dan membuat napasnya pendek.
“Bahu saya terasa seperti balon yang akan meletus,” kata Belcher yang dikutip dari Daily Mail, Senin (22/5/2023).
Belcher merasa ketakutan dan langsung pergi ke unit gawat darurat di rumah sakit. Setelah diperiksa, terungkap bahwa paru-parunya kolaps akibat trauma paru-paru yang menyebabkan kebocoran udara ke dalam rongga yang mengelilingi paru-paru.
Balcher mengklaim dokter mengaitkannya kondisi yang dialaminya karena rokok elektrik. Dari hasil pemeriksaan lanjut, dia mengetahui bahwa rasa sakit itu disebabkan oleh paru-paru kolaps atau pneumotoraks.
Pneumotoraks adalah kondisi yang menyebabkan udara bocor dari paru-paru ke rongga sekitarnya atau rongga pleura. Udara di rongga pleura meningkatkan tekanan pada paru-paru sehingga tidak dapat mengembang sebanyak biasanya selama pernapasan normal.
“Saat mereka berkata, ‘kamu bisa menelepon ibumu, paru-parumu telah runtuh dan itu sangat parah’, aku hanya menangis,” ungkap dia.
“Saya tidak akan pernah lupa ketika saya menelepon ibu saya, dan cara dia menjerit dan menangis,” sambungnya.
Untuk mengatasi kebocoran itu, dokter memasukkan chest tube untuk mengalirkan udara dari ruang antara paru-paru dan dinding dada. Biasanya, masalah akan sembuh dengan sendirinya saat paru-paru mengembang kembali.
Sayangnya, lubang di paru-paru Belcher membutuhkan operasi untuk memperbaikinya. Imbas dari kondisi tersebut juga, ada sebagian organnya yang harus diangkat karena telah ‘mati’ dalam prosesnya karena oksigen terbatas.
“Saya memberi tahu ahli bedah bahwa jika dia siap untuk operasi, maka saya juga siap untuk dioperasi. Saya sangat kesakitan sehingga saya menginginkan sesuatu yang dapat memperbaikinya,” jelasnya.
Akhirnya pada 9 Mei 2023, Belcher diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ia masih mengalami trauma yang lebih buruk hingga membuatnya susah tidur.
Meski paru-parunya kini telah berfungsi dengan baik, dia mengklaim bahwa paru-parunya akan melemah seumur hidupnya.
“Rasa sakitnya bukan yang terburuk sejak pulang, itu sebenarnya trauma. Itu telah mempengaruhi tidur saya, karena saya terbangun dengan paru-paru yang kolaps. Sekarang, saya mengalami kesulitan untuk bisa tidur dan bangun sepanjang malam dengan keringat yang sangat buruk,” ujar Belcher.
“Ini berubah dari bisa melakukan hal-hal normal tanpa kehabisan tenaga menjadi harus duduk setelah panggilan telepon untuk mengatur napas,” pungkasnya. (305/dtc)