DENPASAR | patrolipost.com – Puji syukur, puja pangastuti dan angayubagia saya panjatkan ke hadapan lda Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asung Kertha Wara Nugraha- Nya, buku berjudul “Ilmu, Doa, Cinta, dan Kebahagiaan, Inspirasi Harian Seorang Notaris” ini dapat terbit tepat pada waktunya, begitu diucapkan seorang Dr. Drh. Komang Suarsana.MMA., disela-sela peluncuran buku, Selasa (24/10/2023) malam di Restoran Hongkong Garden, Denpasar.
Menurut Komang Suarsana selaku Editor, buku ini adalah buku kedua, setelah penulis, I Wayan Sugitha, SH., menerbitkan buku pertama pada bulan Januarí 2020 berjudul “Bunga Rampai Renungan Pagi, Inspirasi Harian Seorang Notaris”.
“Baik pada buku pertama maupun yang kedua ini, tulisan-tulisan hadir bagaikan lilin-lilin kecil, begitu penulis menyebutnya,” ujar Komang Suarsana yang juga bakal maju di pencalegan 2024 mendatang di Kabupaten Bangli melalui Partai Golkar, ini.
Menurutnya, penulis terus menulis, mengumpulkan dan membagikan karyanya melalui media sosial dalam beberapa WAG (WhatsApp Group). Materi tulisan-tulisan ini lahir setelah penulis merenung dan berpikir tentang berbagai hal yang berbeda setiap harinya. Lalu, dituangkannya dalam tulisan singkat dan dibagikan melalui media sosial. Semua itu berlangsung berkesinambungan dan konsisten sejak tahun 2012 sampai saat ini.
“Saya bersyukur kepada lda Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, atas anugerah-Nya dan memberi saya napas, waktu, dan usia sampai saat ini. Saya juga bersyukur dan berterima kasih kepada orang-orang yang berada di samping saya dan mendampingi hidup saya: istri tercinta, anak-anak dan cucu-cucu tersayang, keluarga dan sanak famili, para sahabat, handai taulan, serta para guru. Tanpa anugerah-Nya dan bantuan mereka semua, buku ini tidak akan terwujud,” mengutip apa yang disampaikan I Wayan Sugitha, dalam bukunya.
Komang Suarsana menuliskan, I Wavan Sugitha, pria kelahiran Denpasar pada 24 Oktober 1956 adalah sosok yang unik. Profesinya, notaris, namun dalam kesehariannya tak hanya piawai menandatangani akte-akte dan surat perjanjian. Perenungannya setiap pagi, membuahkan deretan kata-kata dan kalimat baik tentang berbagai hal yang disebutnya “Lilin-ilin kecil yang menyala setiap hari”. Maka, terkumpullah semua kutipan dan tulisan itu menjadi sebuah buku.
Lilin-lilin kecil yang dinyalakan penulis, istimewanya, akhirnya membinarkan cahaya terang dan bertambah cemerlang dengan kehadiran lukisan ilustratif karva pelukis, dr. Gede Bagus Darmayasa, MM., M.Repro.
“Pelukis yang sejatinya berprofesi sebagai seorang dokter,” ungkap Komang Suarsana.
Dokter Bagus, begitu panggilan akrabnya, saat buku ini terbit, adalah Direktur Rumah Sakit (RS) Puri Raharja, Denpasar, Bali. Sebagai seorang dokter, Dokter Bagus telah menunjukkan keluhuran profesinya melalui pengabdian yang total pada nilai-nilai kemanusiaan. Sementara itu, sebagai pekerja seni khususnya seni lukis, ia mengaitkan setiap lukisannya sebagai sebagai sarana menghibur diri, meningkatkan imun tubuh dan membahagiakan orang lain.
Dokter Bagus berhasil membuat karya-karyanya menjadi sesuatu yang tidak hanya berorientasi pada dirinya sendiri, tetapi juga pada kebutuhan dan kebahagian orang-orang sekitar.
“Tugas saya sekarang hanya membahagiakan orang lain dan saya harus banyak bersyukur. Kalau orang saya juga ikut bahagia,” kata pria kelahiran 26 Juli 1962.
Sosok seorang Dokter Bagus Darmayasa tergolong seorang pelukis aktif. la bisa melukis apa saja, mulai dari melukis alam, tokoh atau apa pun yang ia sukai. Dalam sehari, dokter ini bisa menghasilkan dua sampai tiga lukisan. Lukisan-lukisan ini ternyata diminati banyak orang. Terbukti dari banyak orderan yang diterimanya, baik dari kerabat maupun para pejabat. Namun, Dokter Bagus biasanya tidak melukis secara langsung. la harus terlebih dahulu menerima kiriman foto orang yang mau dilukis lewat ponsel miliknya. Setelah itu, ia akan melukis di rumah supaya tidak menganggu kesibukan dan tugas-tugas kantor. Di rumah ia mengisi waktu kosong dengan melukis di samping berolahraga bersama kerabatnya.
“Supaya tidak bengong dan jenuh, waktu-waktu kosong saya selalu isi dengan melukis. Selain itu, saya olahraga atau bergaul dengan sesama,” ujar Dokter Bagus.
Bagi Dokter Bagus, melukis adalah sebuah hobi dan hiburan, sehingga ia tidak merasa profesinya sebagai seorang dokter terganggu. la telah menjalani kedua profesi itu secara proporsional dan bertanggung jawab. Buku kolaborasi tulisan dan lukisan karya I Wayan Sugitha dan Dokter Bagus ini belumlah sempurna.
“Saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan maupun mungkin kesalahan dalam penulisan dan editing, sehingga diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang dari seluruh pembaca. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat dan hasil guna bagi pembaca,” pungkas Komang Suarsana, sang
Editor.
Acara peluncuran buku yang dikemas meriah ini juga dibarengi dengan perayaan ulang tahun I Wayan Sugitha ke-67., yang dihadiri keluarga, handai taulan, sahabat dan kolega.