SURABAYA | patrolipost.com – Kabar gembira disampaikan Tim Peneliti Universitas Airlangga (Unair), TNI Angkatan Darat (AD), Badan Intelijen Negara (BIN) dan Polri. Tim ini berhasil menyelesaikan penelitian dan membuat obat Covid-19 yang diklaim efektif membunuh virus Corona dalam kurun waktu 1-3 hari.
“Efektivitas obat untuk perbaikan klinis dalam 1 sampai 3 hari itu 90 persen,” kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga (Unair) Purwati di Mabes AD, Jakarta, Sabtu (15/8/2020).
Data itu didapat melalui pemeriksaan PCR. Dalam sejumlah kondisi, efektivitas obat ini bahkan bisa mencapai 98,9 persen. Artinya virus yang berada di dalam tubuh, hampir seluruhnya bisa mati dalam waktu singkat.
Purwati menyampaikan, obat tersebut telah melalui uji klinis tahap 1, 2, dan 3. Untuk uji klinis tahap 4 dilakukan setelah obat dipasarkan secara masal. “Jadi untuk memperoleh izin edar itu jenisnya sampai 3,” jelasnya.
Sebelumnya, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur telah menyelesaikan penelitian obat baru untuk penanganan pasien Covid-19. Hasil penelitian ini, disebut akan akan menjadi obat Covid-19 pertama didunia.
Penelitian ini dilakukan bersama TNI Angkatan Darat (AD), Badan Intelijen Negara (BIN), dan Polri. Obat ini hampir dipastikan akan menjadi obat pertama untuk penyakit Covid-19 di dunia.
“Karena ini akan menjadi obat baru maka diharapkan ini akan menjadi obat Covid-19 pertama di dunia,” kata Rektor Unair Mohammad Nasih dalam acara penyerahan hasil uji klinis fase 3 di Mabes AD, Jakarta, Sabtu (15/8/2020).
Efek Samping
Mengenai efek samping obat Covid-19 ini Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga (Unair) Purwati memastikan tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Namun, tetap memiliki efek samping bagi pasien.
“Setiap obat pasti ada efek sampingnya. Setidaknya uji toksisitas dari kombinasi obat yang kita lakukan, maka di situ efek samping ditemukan tidak terlalu toksit,” kata Purwati.
Kabar baiknya, dosis obat ini lebih rendah dibanding 3 obat tunggal yang dikombinasikan oleh Unair. Kemudian hasil rekam jantung, liver, dan ginjal pasien selama 7 hari terbilang aman.
“Alhamdulilah terjadi perbaikan daripada fungsi liver. Jadi relatif aman untuk digunakan,” jelas Purwati. (*/807)