BANGLI | patrplipost.com – Sejumlah petani di kawasan pengembangan fasilitas/akomodasi pariwisata di areal Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Batur, Kecamatan Kintamani, Bangli direlokasi. Pasca relokasi tersebut, para petani sudah bisa kembali beraktifitas secara normal, bahkan kini petani sudah bisa memanen bawang.
Ketua Koperasi Ampupu Kembar Jro Gede Kasuma menjelaskan, warga saat ini telah dibukakan lahan seluas 2 hektar untuk pertanian. Dari jumlah tersebut 1 hektar sudah dikelola dan ditanami bawang merah.
Menurutnya lahan relokasi berada di satu titik/hamparan sehingga mempermudah para petani. Jika sebelumnya lahan pertanian berada di atas bebatuan dan berada di bawah pepohonan. Sekarang menjadi lebih mudah karena ada di satu hamparan.
“Tanaman pun mendapat sinar matahari langsung karena tidak ada pepohonan. Tentu kondisi ini dapat meningkatkan kualitas tanaman,” ujarnya, Kamis (25/1/2024).
Selain disiapkan lahan, dari pihak investor membuatkan saluran irigasi. Para petani lebih mudah untuk mendapatkan air. Pihaknya mengaku, dengan kondisi saat ini para petani dapat menekan biaya operasional.
“Sebelumnya kami menggunakan pompa untuk menarik air, yang biaya bahan bakar lumayan tinggi. Contohnya saja penyemprotan tanaman untuk 2 rol plastik habis Rp 30.000, sekarang tidak sampai Rp 5.000,” jelasnya.
Sementara itu, untuk mendukung aktivitas pertanian, dari Koperasi Ampupu Kembar juga memberikan permodalan. Mengingat sebelumnya warga tidak produktif karena menunggu proses pembukaan lahan. Untuk saat ini masih diisi tanaman bawang merah, namun ke depan akan ditaman beberapa jenis sayuran seperti kubis.
“Ini baru awal. Jadi baru dtanam bawang merah, tapi kami sudah menyiapkan untuk tanaman lainnya,“ kata pria asal Desa Songan, Kintamani ini.
Didukung kontur lahan pertanian yang berupa hamparan tanah yang subur berdampak pada hasil panen bawang merah. Semisal untuk bibit 100 kilogram dapat menghasilkan 1 ton bawang merah. Selain produksi yang meningkat, petani menjadi lebih sumringah lantaran harga bawang merah di pasaran tergolong tinggi.
“Kemarin saya jual Rp 20 ribu per kilogramnya. Harga tersebut harga di petani, untuk di pasaran tentu berbeda,” ujarnya.
Disinggung terkait masih adanya pro kontra terkait rencana pengembangan fasilitas pariwisata, pihaknya tidak menampik hal tersebut. Namun demikian sebagian besar warga sudah sepakat. Warga yang sebelumnya mengelola lahan pertanian sejatinya sudah disiapkan lahan. Saat ini lahan yang sudah terbuka luasnya 2 hektar. Namun secara ke seluruhan lahan untuk pertanian dirancang 4 hekatar.
“Lahan relokasi diberikan sesuai luas lahan yang dikelola sebelumnya,” ungkapnya.
Seperti diketahui, akan dibangun fasilitas pariwisata oleh PT Tanaya Pesona Batur (TPB) di areal kawasan konservasi TWA Gunung Batur Bukit Payang. Maka warga yang sebelumnya mediami lahan atau mengelola lahan tersebut disiapkan tempat relokasi. (750)