Pasca Perkelahian Berdarah, Pemilik Kos Usir Orang Sumba

DENPASAR | patrolipost.com – Pesta Miras yang berakhir dengan aksi penebasan sesama pria asal Sumba, NTT di tempat kos di Jalan Pulau Singkep Gang Keong Nomor 4 Pedungan, Denpasar Selatan, Sabtu (2/11) pukul 20.00 Wita, membuat pemilik kos meradang. Umbu Maramba (21) ditebas sesama pria Sumba, NTT bernama Yohanes Ronalbili (25). Padahal saat itu, korban dan pelaku sama-sama bertamu ke kos-kosan itu.

Pemilik kos-kosan, Agung yang ditemui Minggu (3/11) siang mengungkapkan, penghuni kosnya itu sering buat ulah. Bahkan sudah sering kali diusir tapi mereka tak mau pergi. Selain mabuk-mabukan, mereka sering atur sendiri terima penghuni kos baru. Akibatnya 14 kamar kos miliknya itu semua dihuni oleh orang Sumba.

“Kalau ada kamar kos yang kosong mereka langsung panggil teman mereka untuk tinggal di kamar itu. Padahal belum ada restu dari saya. Lama kelamaan mereka makin banyak dan penghuni kos yang bukan dari Sumba pergi dari sini,” tuturnya.
Dalam catatannya, 14 kamar kos miliknya itu dihuni oleh 26 orang. Jumlah tersebut tidak termasuk bayi dan anak-anak. Namun, faktanya yang dia lihat banyak penghuni yang tak terdaftar. Saking banyaknya, Agung sampai lupa wajah dari penghuni kos yang terdaftar. Penghuni kos yang terdaftar pekerjaannya adalah Satpam dan buruh bangunan.
“Kejadian ini pelajaran buat saya. Saya tak mau terima orang Sumba lagi. Atas kejadian berdarah ini saya berencana untuk menggelar upacara mecaru. Saya mau bersihkan lingkungan ini secara skala dan niskala. Mulai hari ini (kemarin) saya minta semua penghuni di sini untuk segera pindah,” tegasnya.
Sementara itu salah seorang tetangga kos-kosan, Widiarta mengatakan sebelum kejadian, sekitar pukul 16.00 Wita di TKP ada suara musik yang keras. Sekitar pukul 19.00 Wita dia mendengar suara perempuan berteriak. Dikiranya terjadi peristiwa kekerasan dalam rumah tangga.
Penasaran dengan suara teriakan itu, perempuan asal Jember, Jawa Timur itu keluar dari dalam rumah dan mengintip dari pintu gerbang. Pada saat itu sudah banyak orang di lorong gang. Saat itu dia melihat ada orang lari dari dalam komplek kos tersebut dan dikejar orang lain di belakangnya. Orang itu naik ke lantai dua proyek bangunan yang berada di sebelah utara TKP.
“Saya bingung yang berkelahi antara siapa dengan siapa. Ada satu naik ke bangunan proyek di utara itu. Apakah dia itu pelaku atau temannya yang luka itu, saya tidak tahu. Soalnya orang datang silih berganti. Setiap orang yang baru datang pasti ikut berkelahi. Dan itu berulang kali orang berdatangan. Yang terlibat pertengkaran itu sekitar 20 orang pria. Mereka saling kejar di dalam kos,” jelasnya.
Widiarta juga mengaku di kos-kosan itu sering terjadi keributan. Tapi, selama dua tahun dia tinggal di sana, baru kali ini terjadi keributan menggunakan senjata parang. Sebelum berkelahi tangan kosong. Baginya peristiwa perkelahian di kos-kosan itu sudah biasa, karena terjadi hampir setiap saat.
“Mereka itu kalau minum bisa sampai pukul 02.00 Wita dini hari. Setiap kali mereka minum pasti terjadi perkelahian. Tapi, hanya di dalam itu saja. Tak sampai melempar rumah orang. Bagi saya itu sudah biasa mendengarnya. Saya tidak mengenal mereka secara baik. Saya juga tidak tau siap yang penghuni resmi dan yang tak resmi. Intinya di sana setiap saat ramai,” ujarnya. (007)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.