GIANYAR | patrolipost.com – Pawai Budaya menyongsong perayaan HUT Kota Gianyar selalu menjadi tontonan paling ditunggu-tunggu khalayak ramai. Hal tersebut memacu semangat duta 7 kecamatan se Gianyar untuk tampil memukau dengan menunjukkan kreasi terbaiknya di hadapan Gubernur Bali, I Wayan Koster, bupati/walikota se Bali, Ketua LKPP RI Hendrar Prihadi dan undangan lainnya di Open Stage Balai Budaya Gianyar, Selasa (18/4).
Perayaan HUT ke-252 Kota Gianyar Tahun 2023 mengusung tema Gianyar Ngwangun Ngulati Aman Lan Lestari yang memiliki arti Gianyar Membangun Menuju Aman dan Lestari. Pawai Budaya kali ini para seniman menyajikan sebuah karya kreatif yang mengarah pada penggambaran jati diri dan kekhasan budaya daerah di wilayah Kabupaten Gianyar yang selalu berkembang.
Pawai Budaya merupakan ajang unggulan dalam perayaan Hut Kota Gianyar yang melibatkan ribuan seniman, budayawan, dan masyarakat. Gianyar sebagai roh dan jiwatmanya Bali (Gianyar Soul Of Bali) selalu berinovasi membangun seni budaya Gianyar yang adi luhung dan berkarakter. Kekuatan dan jati diri Gianyar selalu dipertahankan dalam setiap langkah inovasi pembangunan kebudayaan di Kabupaten Gianyar yang menjadi barometer perkembangan seni budaya di wilayah Bali.
Gubernur Bali, I Wayan Koster yang membuka pawai tersebut mengakui bahwa Gianyar sebagai kota yang memiliki posisi dan fungsi strategis, karena selain berdekatan dengan Pusat Pemerintahan Provinsi Bali, juga merupakan salah satu basis peradaban Kebudayaan Bali.
”Seni Budaya yang tumbuh dan berkembang dengan pesat di Kabupaten Gianyar telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakatnya, menjadi sumber nilai kehidupan sekaligus sebagai sumber penghidupan yang menyangga perekonomian masyarakat,” ungkap Koster.
Dilanjutkannya, Pelaksanaan Pawai Budaya Gianyar merupakan refleksi kekayaan khasanah budaya, sekaligus sebagai tolak ukur barometer perkembangan seni dan budaya yang dimiliki Kabupaten Gianyar.
Disamping itu, Gubernur Koster juga menekankan bahwa perayaan Hari Jadi bukan sekedar seremonial, tetapi mengandung berbagai makna yang saling bertautan.
“Dalam konsep Tri Samaya disebutkan, manusia harus mampu memaknai masa lalu atau atita, masa kini atau wartamana, dan masa depan atau nagata. Kita menengok masa lalu sebagai sebuah mata rantai sejarah, menjadikannya sebagai pondasi untuk menapaki masa kini. Masa kini harus diisi dengan evaluasi diri terhadap apa yang sudah kita lakukan dalam setiap tahap perjalanan hidup, agar selalu bermakna serta memberikan jawaban atas tantangan masa depan,” jelasnya.
“Sedangkan masa depan harus kita desain dan kita rancang berlandaskan realita dan dinamika kekinian tanpa melupakan nilai-nilai dan peristiwa di masa lalu,” lanjut Koster.
Bupati Gianyar I Made Mahayastra juga memaparkan bahwa Gianyar merupakan roh dari kesenian dan budaya Bali. “Bali itu seni namun rohnya ada di Gianyar. Ibarat sepeda notor, Gianyar itu businya bagaimana mesinnya bisa hidup kalau businya mati,” paparnya.
Bupati Mahayastra juga mengucapkan terima kasih kepada para undangan yang telah berkenan hadir dalam pawai budaya serangkaian HUT Kabupaten Gianyar ke 252. Ditambahkannya bahwa dipentaskannya kesenian dalam berbagai kegiatan merupakan suatu penghormatan atau penghargaan bagi seniman yang telah berjasa menjaga adat dan budaya melalui kesenian.
Pawai Budaya dibuka dengan penampilan memukau dari duta Kecamatan Sukawati yang mengangkat cerita Mahalangu Karaman I Baturan yang terinspirasi dari Citra Kara Kesempurnaan Jiwa berlandaskan sastra yang termuat dalam prasasti Baturan tahun saka 944. Karya prosesi budaya tersebut menampilkan keberagaman jenis kesenian tradisi yang berkembang di Desa Batuan seperti Gambuh, Genggong, Wayang Wong, Wayang Gedog, Barong Iswari, Arja, Topeng, Jogeg Pingit, Rerejangan Sutri dan Baris Bebaturan. Sebagai musik pengiringnya menampilkan gambelan gong gede dan gambelan tradisi lainnya.
Dilanjutkan dengan penampilan dari Duta Kecamatan Tegalalang yang membawakan berbagai kesenian khas tradisi yang merupakan kearifan lokal setiap desa, seperti Rerejangan dan Bebarisan Idih-idih, kesenian grumbungan, aktraksi budaya Yudhha Kanda yang dirangkai dengan seni sepeda hias. Puncaknya Duta Kecamatan Tegalalang menampilkan ogoh-ogoh wong samar. Sebagai bentuk harmonisasi hubungan umat manusia dengan alam atas dan bawah.
Dilanjutkan dengan Duta Kecamatan Payangan yang mengangkat cerita Prosesi Budaya Nyelung yang merupakan atraksi budaya rangkaian dari prosesi upacara keagamaan di Desa Buahan sebagai wujud syukur atas keberlimpahan karunia yang maha kuasa,dengan mempersembahkan berbagai hasil bumi. Dalam prosesi ini juga di tampilkan kesenian khas upacara berupa rerejangan dan bebarisan yaitu penampilan rejang ilud dan baris irengan.
Tak kalah menarik, Duta Kecamatan Blahbatuh menceritakan tentang Kebo Iwa Mapudgala Amangku Bumi yang bercerita tentang Kebesaran dan kejayaan kerajaan bedahu yang tidak lepas dari perang Kebo Iwa sebagai seorang maha patih yang mempunyai tingkat spritualitas yang tinggi dan kemampuan sebagai undagi ( ahli asitektur dan bangunan ). Dalam prosesi pawai budaya tersebut, Duta Kecamatan Blahbatuh menampilkan berbagai jenis kesenian yang merupakan kearifan lokal Desa Blahbatuh. Seperti, Baris Balabatu dan Rejang ngampyog. Dengan iringan musik khas Adi Mergangga, Musik suling, dan yang lainnya.
Kecamatan Tampaksiring yang terkenal akan wisata religius, dimana terdapat banyak-banyak tempat suci yang bernilai sejarah yang berkaitan dengan Kerajaan Bali Kuno, beragam keunikan jenis kesenian khas Tampaksiring ditampilkan sebagai usaha pelestarian dan pengembangan seni kearifan lokal Tampaksiring seperti aneka ragam jenis Lelontek,Tarian Baris Gede, Tarian Rejang Pelayon, dan berbagai jenis musik iringan prosesi.
Sedangkan Kecamatan Ubud tampil dengan cerita Nyi Bunti dimana Ubud adalah sebuah desa wisata yang sudah terkenal di manca negara memiliki beragama keunikan budaya dan panorama alam menjadi kekuatan desa wisata Ubud. Kali ini, Ubud menampilkan kesenian khas kearifan local Desa Sayan yang kental dengan nuansa religi seperti kesenian upacara Tari Ngrenteng dan Baris Pependetan sebagai wujud syukur atas karunia dan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Juga menampilkan seni ogoh-ogoh “Nyi Bunti” sebagai refleksi kekuatan gaib yang selalu harus diwaspadai umat manusia pada hari-hari keramat dan hari-hari suci keagamaan. Sebagai iringan prosesi ditampilkan pula beragam jenis musik balaganjur yang dikolaborasikan dengan jenis musik Bali lainnya.
Menutup penampilan duta kecamatan, Duta Kecamatan Gianyar juga membius penonton dengan cerita Segara Parisudha yang menampilkan berbagai aktrasi budaya yang mengarah pada penyucian lautan. Mengingat Kota Gianyar dekat dengan Pantai Lebih. Dalam prosesi ini akan ditampilkan kreasi tari biota laut yang tercemar akibat ulah manusia yang tidak menjaga keharmonisan pesisir pantai. Kesenian upacara tradisi sebagai kekuatan lokal jenius Gianyar. Dikemas mengalir sebagai sebuah sajian yang utuh seperti Peed Agung, Bebarisan dan Rejang Sutri, Kecak, Selonding, dan Adi Mergangga.
Menutup rangkaian Pawai Budaya, Marching Band Polda Bali juga tak mau kalah dengan berbagai atraksi yang sangat membius ribuan pasang mata yang hadir di open Stage Balai Budaya Gianyar. (kominfo)