SEMARAPURA | patrolipost.com – Meski pariwisata terhenti akibat Covid-19, pelaku pariwisata, I Made Sukrata, warga Banjar Bila, Desa Klumpu, Kecamatan Nusa Penida tidak patah arang. Ia justru mengembangkan usaha pertanian dan perternakan di objek wisata miliknya. Hasil dari usahanya, bisa membuat ia bernafas lega.
Pertanian yang ia kembangkan dengan modul-modul selang untuk mensuplai air pertanian yang kembangkan di penginapannya. Menarik memang secara konsep, penginapan dengan nuansa hijau sangat menyejukan mata melihat. Tak hanya pertanian yang dikembangkan, peternakan ayam dan ikan lele juga dikembangkan di tempat yang sama.
Saat ditanya, Sukrata menjelaskan bahwa secara konsep ia sengaja mengkombinasikan pertanian, peternakan dengan pariwisata. Di mana ketiganya saling keterkaitan. Masalah yang dihadapi bertani di Nusa Penida adalah air tetapi dengan ide yang berlian ia memanfaatkan limbah air penginapan ia ubah menjadi air bersih dengan proses pemurnian.
“Bertani di Bali berhasil itu wajar tetapi ketika bertani di Nusa Penida berhasil itu sesuatu hal yang luar biasa dengan kondisi panas dan kering,“ serunya. Berbekal pernah bekerja sebagai pelaku pariwisata di Denpasar, I Made Sukrata banyak memiliki pengetahuan tentang konsep akomodasi pariwisata.
Ditambah Made Sukrata yang memiliki pengalaman pertanian, ia kemudian membuat villa dan restoran yang dipadukan dengan pertanian dan peternakan yang dibuat persis di areal satu kawasan di Banjar Bila, Desa Klumpu, Nusa Penida.
Terlihat di sana ada tiga green house, kolam lele dan nila, pertanian tomat, sayur mayur, kol, kopi, terung, jeruk dan peternakan ayam. Di sana ia memiliki 14 kamar private villa dengan restoran berkonsep bambu dan Spa yang berada di atas 2 pohon bunut.
Menariknya Made Sukrata mengungkapkan, penginapan miliknya menggunakan air limbah buangan dan sampah yang diolah untuk mengairi pertanian dan peternakan ikan dan ayam.
“Di sini pertanian dan peternakan ikan dan lele air, pupuk dan makanan ikannya menggunakan air limbah dan sampah yang tak menanggalkan bekas sama sekali atau Zero Waste. Air untuk menyiram tanaman berasal dari limbah kamar mandi dan dapur. Lele dan nila makan lumut azola yang kami biakan melalui proses pengolahan sampah dapur. Sedangkan peternakan ayam juga hasil pembuatan BSF yang berasal dari sampah villa dan restoran”, kata I Made Sukrata.
Disinggung cukup besarnya peternakan ayam yang Made Sukrata buat dan dekat dengan villa dan restorannya, apakah tidak berbau tak sedap yang menggangu tamu di sekitar resortnya, I Made Sukrata mengatakan tak ada bau.
“Peternakan ayam kampung dengan kecepatan tumbuh seperti boiler itu tak menimbulkan bau sama sekali. Itu karena teknik kotoran ayam dipermentasi kemudian digunakan pakan lele dan pupuk tanaman yang dialirkan melalui pipa fertigasi di semua kebun”, ungkap Sukrata. (855)