GIANYAR | patrolipost.com – Puluhan Warga Desa Taro datangi kantor desa Taro Senin (5/9) siang. Kedatangan warga secara beramai-ramai bukan untuk menuntut sesuatu, melainkan untuk menerima bantuan Eco Enzyme dan desinfektan. Pembagian Eco enzyme seiring merebaknya wabah penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ternak warga.
Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hari Suyasa menjelaskan bahwa PMK dapat menyebar melalui udara dengan radius 10 km, untuk menghambat penyebaran itulah dibutuhkan eco enzyme.
“Jadi PMK ini bisa menyebar sejauh 10 km lewat udara, nah maka dibutuhkan eco enzyme sebagai media dari penurun PH. Karena virus akan mati di PH rendah, kalau kandang mungkin biasa dicuci bersih pakai sunlight aja cukup. Virus ini kejam ya tapi mudah diatasi,” terangnya.
Hari Suyasa menjelaskan kalau sebelumnya ternak diserang virus ASF dan menyebabkan banyak hewan khususnya babi mati, tapi kalau PMK kemungkinan dapat menyebabkan perekonomian yang lumpuh karena di lock down lalu lintas hewannya.
Mencegah penyebaran PMK Suyasa menyarankan untuk menekan lalu lintas orang, barang dan hewan disekitar kendang disamping menjaga kebersihan kendang dan menyemprotkan eco enzyme.
“Ada beberapa hal yang harus kita lakukan terkait dengan PMK yang pertama adalah lalu lintas orang, jangan suka menengok kandang teman, jangan membawa alat penangkap dari luar atau membiarkan hewan lain terutama anjing masuk ke kandang,” sarannya.
“Kemudian jaga kebersihan kandang, serta semprotkan eco enzyme 2 hari sekali dan mencampur air minum ternak dengan sedikit eco enzyme,” sambungnya.
Suyasa juga menyampaikan hal baik kepada peternak yang ada di Desa Taro, bahwasanya Bali telah diperbolehkan kembali oleh pemerintah untuk melakukan lintasan ternak seperti babi ke Jakarta tentu dengan syarat telah tervaksin PMK.
“Kita telah diizinkan melintaskan ternak, dan tujuannya hanya Jakarta dengan syarat telah tervaksin PMK. Dan Pemerintah telah memberikan 800 ribu vaksin yang akan didistribusikan. Maka saya meminta kepada para peternak untuk aktif melaporkan ke kepala desa bagi yang memiliki ternak,” serunya.
Hadir pula dalam kesempatan tersebut Ny Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra yang ikut serta mensosialisasikan penggunaan eco enzyme.
“Titiang sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Gianyar juga sudah mensosialisasikan bahwa eco enzyme ini baik sekali, karena eco enzyme merupakan produk ramah lingkungan yang memang dibuat dengan cara sederhana dan siapa saja bisa membuatnya,” ujarnya.
Ny Surya Adnyani Mahayastra juga berharap peternak bisa membuat sendiri eco enzyme di rumah masing-masing mengingat caranya yang sangat mudah.
“Nanti di rumah kalau ada sisa sayuran atau buah-buahan jangan dibuang, bisa digunakan untuk membuat eco enzyme. Caranya 3 Kg sayur atau buah- buahan dikasih 1 Kg gula aren dan 10 liter air lalu difermentasi selama 3 bulan,” tuturnya.
Setelah difermentasi, sisa buah-buahan dapat digunakan sebagai pupuk organic dan cairannya disebut eco enzyme. Cara penggunaannya satu tutup botol air mineral dicampurkan dengan 5 liter air dikasih untuk pakan ternak dan 1 gelas eco enzyme dicampur dengan 15 liter air untuk menyemprotkan ke udara dan kandang.
“Disamping sebagai bahan membuat eco enzyme, pembuatan eco enzyme di rumah tangga juga sebagai upaya pemisahan dan pengolahan sampah di rumah tangga,” tandasnya. Tak hanya teori semata, pada kesempatan tersebut juga dipraktekkan cara membuat eco enzyme ole komunitas peduli lingkungan. (kominfo/abg)