JAKARTA | patrolipost.com – Desakan agar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan men-lockdown Jakarta selama 14 hari ke depan muncul dari anggota DPRD. Namun untuk mendukung kebijakan itu sedikitnya Pemprov DKI harus menyiapkan anggaran Rp 5 triliun.
“Langkah lockdown harus diambil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan guna meredam penyebaran Covid-19 di Jakarta yang cukup tinggi. Langkah ini perlu diambil mengingat keselamatan rakyat merupakan hukum tertinggi,” ujar Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Mujiyono, Sabtu (28/3/2020).
Menurut Mujiyono, keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi (Solus Populi Suprema Lex). Pak Gubernur harus segera lockdown Jakarta selama 14 hari saja, dan siapkan formula penanganan warga terdampak lockdown.
Berdasarkan perhitungannya, alokasi yang perlu dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp 3 hingga 5 triliun untuk memenuhi kebutuhan warga terdampak. Alokasi itu, menurutnya, bisa diambil dari anggaran kegiatan yang tidak prioritas pada APBD DKI 2020.
“Asupan energi sesuai standar Angka Kecukupan Gizi (AKG) dari Kementerian Kesehatan RI (bila mengambil patokan 2150 kkal). Dengan kata lain, warga mengeluarkan minimal Rp 33.000 per hari untuk makan. Kalau semua warga Jakarta ditanggung selam 14 hari, hitungan saya hanya butuh Rp 5 triliun,” katanya.
Menurutnya, Anies tidak perlu takut dengan sanksi politik dari pemerintah pusat karena Gubernur DKI Jakarta dipilih secara langsung oleh warga Jakarta bukan ditunjuk Presiden. Namun, Anies perlu merumuskan formula lockdown yang bisa diterapkan di Jakarta.
“Selama 14 hari lockdown itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus bisa menjamin kebutuhan warganya. Misalnya, dengan mendistribusikan bahan pangan langsung ke setiap rumah seperti yang dilakukan Filipina, tapi warga wajib berdiam diri di rumah,” kata dia.
Dia meyakini, stok pangan di Jakarta bisa mencukupi hingga usai Hari Raya Idul Fitri. Bahan pangan itu diusulkan dibagikan gratis oleh pemerintah selama masa lockdown itu. Dia mendorong agar Anies punya sikap tegas demi keselamatan warganya.
“Urusan populis atau tidak populis itu tabrak saja dulu. Karena keselamatan warga Jakarta ini nomor satu. Pemerintah harus memperketat pengawasan untuk memeriksa akses keluar-masuk Jakarta, sebagai upaya pemerintah menghentikan penyebaran wabah ke daerah lainnya,” sarannya. (807)