SEMARAPURA | patrolipost.com – Menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan, kebutuhan masyarakat akan gula merah mengalami peningkatan signifikan. Namun, di tengah lonjakan permintaan tersebut, para pengrajin gula tradisional di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Klungkung, justru dilanda krisis bahan baku.
Salah satu pembuat gula merah tradisional, Ni Luh Wirasmini mengungkapkan, ia mulai kebanjiran pesanan sejak sebulan terakhir. Namun, ketersediaan nira kelapa sebagau bahan utama pembuatan gula merah tidak mencukupi.
“Sudah biasa menjelang hari raya begini permintaan tinggi. Tapi tuak kelapanya sedikit, jadi tidak bisa produksi banyak,” ujarnya, Senin (21/4/2025).
Dalam kondisi normal, Wirasmini bisa memproduksi lebih banyak, namun saat ini ia hanya mampu menghasilkan sekitar 5 kilogram per hari. Padahal, harga gula merah sedang naik, dari Rp30 ribu menjadi Rp40 ribu per kilogram.
“Banyak yang pesan dari luar daerah, terutama Denpasar. Biasanya untuk bahan es puter. Tapi ya, saya kewalahan,” tambahnya.
Menurutnya sudah sulit mencari orang yang mau memanjat pohon kelapa, untuk menyapa nira kelapa. Bahkan anak-anak muda menurutnya sudah tidak ada yang mau, menjadi penyadap nira kelapa.
Hal senada disampaikan oleh I Nyoman Suwela, pengrajin lainnya di desa yang sama. Melihat kesulitan memperoleh nira, ia memilih mengalihkan produksinya dari gula batok ke gula semut (sejenks gula kristal) yang lebih tahan lama dan memiliki nilai jual lebih tinggi.
“Bikin gula semut memang lebih lama, bisa dua jam prosesnya. Tapi bisa sampai delapan kilo per hari,” jelas Suwela.
Ia menjual gula semut produksinya dengan harga Rp50 ribu per kilogram, dan sebagian besar pembelinya berasal dari pasar oleh-oleh di Denpasar.
Meski menghadapi tantangan, para pengrajin tetap berupaya memenuhi kebutuhan pasar jelang hari raya. (855)