JAKARTA | patrolipost.com – Di tengah ramainya tagar #KaburAjaDulu di media sosial, Pakar Sosiologi Universitas Muhammadiyah Surabaya, Radius Setiyawan menyayangkan respons sejumlah pejabat yang acuh tak acuh.
Seperti pernyataan dari Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer. Ketika ditanyai media, Immanuel memberikan komentar sambil bergurau dan mempersilakan WNI yang ingin pergi dari Indonesia.
“Enggak apa-apa, masak hashtag kami peduliin. Mau kabur, kabur aja lah. Kalau perlu jangan balik lagi,” tuturnya di Jakarta Pusat, Senin (17/2). Sontak, pernyataan tersebut memicu kontroversi dan memperkeruh suasana.
“Saya kira justru kontra produktif. Komunikasi pemerintah ke khalayak khususnya anak muda harusnya tidak seperti itu. Approval rating itu akhirnya membuat orang ragu dan menilai bahwa pemerintah antikritik,” tutur Radius, dilansir Rabu (19/2/2025).
Pakar Sosiologi UM Surabaya itu menilai tagar #KaburAjaDulu itu mewakili keresahan publik, terutama GenZ. Mereka yang resah dengan kondisi ekonomi, politik, serta sosial di Indonesia.
“Kalau melihat secara gramatikal, #KaburAjaDulu menegaskan bukan permanen, mungkin merasa ketidakpastian kondisi sehingga ingin pindah dulu, ketika suasana membaik, dia akan kembali,” imbuhnya.
Saat ini, pekerjaan rumah (PR) pemerintah adalah persoalan komunikasi publik. Tidak seharusnya bentuk ekspresi generasi muda, ditanggapi dengan sinis dan antagonis. Pejabat seharusnya tidak anti kritik.
Sebagaimana diketahui, salah satu isu yang memantik ramainya kampanye tagar #KaburAjadulu, adalah kebijakan efisiensi anggaran besar-besaran oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Bisa jadi menggemanya #KaburAjaDulu, karena pemerintah gagal menjelaskan secara logis terkait efisiensi anggaran, dalam rangka apa? Apa keuntungan yang bisa dirasakan. Persoalannya di komunikasi,” tandas Radius. (305/jpc)