SINGARAJA | patrolipost.com – Sejumlah peternak babi di Buleleng mengaku belum mengetahui adanya virus babi Afrika sedang berjangkit. Ini menyusul matinya puluhan ekor babi secara mendadak di Tabanan dan Badung. Diduga matinya babi itu akibat terjangkit virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.
Made Putra Dana, peternak babi asal Banjar Dinas Bukit Sari, Desa Sumberklampok, Gerokgak mengaku tidak mendengar adanya sejenis virus babi Afrika yang menyerang babi. Namun ia mengetahui di tempat lain banyak babi yang dikabarkan mati mendadak.
“Soal banyak babi mati mendadak saya dengar. Namun penyebabnya karena sejenis virus malah belum dengar,” kata Putra, Kamis (23/1/2020).
Putra yakin, hampir semua peternak rumahan di desanya belum ada yang mengetahui jika virus babi Afrika tengah mewabah di Bali dan menyerang babi. Terlebih selama ini belum ditemukan ada kasus babi mati mendadak di Sumberklampok maupun desa sekitarnya.
Kendati demikian, Putra mengaku mulai khawatir dengan virus tersebut jika sewaktu-waktu menyerang ternaknya. Bahkan hal itu akan mempengaruhi harga jual babi.
“Untuk langkah pencegahan sudah biasa dilakukan menjaga kebersihan kandang dan menjaga kesehatannya. Kalau untuk pemberian obat atau vaksin kami belum tahu,” imbuhnya.
Putra Dana menambahkan, jika isu virus babi itu benar adanya tentu berpengaruh terhadap harga jual daging babi di tingkat peternak yang mengalami penurunan. Harga jual selama ini ada di kisaran Rp 28.000 per kg turun menjadi Rp 27.000/kg.
Atas kondisi itu, Putra Dana berharap penyebaran virus tersebut dapat ditanggulangi pihak terkait. Bahkan ia meminta agar dinas yang menangani masalah itu turun ke peternak untuk melakukan sosialisasi.
“Kendati kami peternak kecil perlu juga diberikan informasi yang benar agar mengetahui cara pencegahannya,” harap dia.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta saat dikonfirmasi mengatakan, kasus virus babi Afrika belum ditemukan di Buleleng. Tapi di Bali kasus babi mati mendadak sudah ada di kabupaten lain.
“Kasus babi mati mendadak kasusnya lain, setelah dicek dan diobservasi oleh petugas dari Distan Bali belum mengindentifikasi mengarah ke virus babi Afrika,” ungkap Sumiarta.
Untuk upaya pencegahan, kata dia, dilakukan sosialisasi kepada peternak terkait adanya jenis virus ASF dan cara pencegahannya. Dengan menjaga sanitasi, vaksinasi, hingga melakukan pelaporan apabila ada indikasi mencurigakan terhadap ternak yang mati mendadak sehingga bisa dilakukan sampling untuk bahan analisa.
“Kami juga mengimbau jika ada babi yang mati mendadak segera melapor agar bisa dilakukan pencegahan lebih dini,” tandasnya. (625)