PHDI Malang Siap Bantu Pengabenan Jika Pihak Keluarga Sutarini Minta Secara Resmi

ni made 22222
Ni Made Sutarini yang berasal dari Dusun Banda, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Bali menjadi korban mutilasi yang dilakukan oleh suaminya James Loodewyk di kediaman Jalan Serayu Selatan, Kecamatan Blimbing, Malang, Jawa Timur. (ist/doc)

SEMARAPURA | patrolipost.com – Pengurus Walaka PHDI Kota Malang, Frof Wayan Legawa menyatakan rasa terkejut dengan kematian warga Bali atas nama Ni Made Sutarini. Menurut Frof Wayan, Rabu (3/1/2024), almarhum setelah perkawinanan, beragama kristen sesuai KK dan KTP nya. Dalam KTP tercantum Ni Made Sutarini beragama Kristen dan beralamat di Jalan Serayu Selatan no 6, RT/RW 004/002, Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, Malang, Jawa Timur.

“Beliau bisa saja melakukan upacara ngaben di Malang asal ada permintaan dari keluarganya dan datang ke Malang,” ungkapnya seraya memastikan belum ada yang menghubungi dirinya di Malang.

Lebih jauh Prof Wayan Legawa menyatakan kami majelis Hindu di Malang tidak bisa ngabenkan, kecuali keluarga anak anak dan kerabatnya datang untuk ikut dalam upacara. Disamping itu yang bersangkutan tidak ikut banjar suka duka Hindu dan biaya upacaranya harus ditanggung keluarganya.

“Kami umat Hindu di Malang bisa membantu tenaga jika itu dilaksanakan. Bisa hubungi Tyang kalau memang mau ngaben di Malang. Tyang akan hub serati, pandita dan tempat kremasinya,” ujar Legawa memastikan.

Kasus kematian Ni Made Sutarini (55) yang sempat viral ini, dimana dia menjadi korban pembunuhan tragis dengan cara mutilasi di Malang, Jawa Timur. Korban diketahui berasal dari Dusun Banda, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung. Kerabat Sutarini di Desa Takmung, syok setelah Sutarini meninggal dengan tragis dari tangan suaminya sendiri, James Loodewyk (61).

Berdasarkan informasi kerabatnya, Sutarini sejak lama mengalami kekerasan dalam rumah tangga dari suaminya. Rencananya jenazah Sutarini akan diaben di Malang.

Berikut beberapa fakta dari Ni Made Sutarini, yang meninggal tragis di tangan suaminya, dimana Ni Made Sutarini dulunya merupakan perawat, dan menikah dengan warga Manado, dikaruniai 2 anak

Sepupu dari Sutarini, Wayan Surata beberapa hari yang lalu mengatakan, Made Sutarini telah menikah dengan James Loodewyk sekitar 30 tahun lalu. Keduanya telah dikaruniai 2 anak, yakni perempuan dan laki-laki.

“Anak pertama sudah kerja di Singapore, baru sebulan lalu. Anak kedua kerja sebagai teknisi di rumah sakit swasta di Badung,” ungkap Wayan Surata saat ditemui di kediamannya di Desa Takmung, Klungkung, Selasa (2/1/2024)

Ia mengatakan, Sutarini sebelumnya merupakan seorang perawat di salah satu rumah sakit di Surabaya. Sementara James Loodewyk merupakan pasien yang dirawat Sutarini.

“Awal pertemuannya seperti itu, mereka lalu kecantol dan menikah,” ungkap Surata.

Lebih jauh Surata mengungkapkan bahwa dia Kerap bercerita mengalami kekerasan rumah tangga setelah menikah.

Surata juga mengatakan, Sutarini kerap bercerita mendapatkan kekerasan rumah tangga dari sang suami. Sehingga Sutarini dalam beberapa tahun belakangan jarang pulang ke Malang, justru lebih sering di rumah kerabatnya di Surabaya.

“Ia (Sutarini) kerap pulang ke Banjar Banda. Terakhir pas Saraswati pulang, sempat sembahyang,” ungkap Surata.

Sutarini sejak lama sudah bercerita, jika dirinya kerap mendapatkan perlakuan KDRT dari suaminya. Tidak hanya dipukul, bahkan kerap disekap.

“Dua minggu lalu suaminya (pelaku) sempat ke rumah di Banjar Banda. Ia marah-marah mencari Sutarini, padahal setau kami, Sutarini di Surabaya,” ungkapnya.

Dari penuturan keluarga di Banda,Takmung, Klungkung direncanakan jenazah Sutarini akan diaben di Malang.

Surata mengatakan, setelah menikah dengan James Loodewyk, Sutarini memeluk agama Kristen. Namun keluarganya ingin Sutarini diaben dengan upacara agama Hindu.

“Rencananya jenazah Sutarini akan diaben di Malang, Rabu (3/1/2024), yang mengurus jenazah, dari PHDI Malang dan kerabat di Surabaya,” ungkapnya.

Dari Bali, kakak dan adik dari Sutarini akan berangkat langsung ke Malang, Selasa (2/1/2024) untuk membawa tirta (air suci) untuk pengabenan Sutarini.

“Tirta ditunas di sanggah dan di kawitan. Langsung nanti di bawa ke Malang,” pungkasnya. (855)

Pos terkait