BANDUNG | patrolipost.com – Kelompok yang menamakan diri Sunda Empire – Earth Empire yang mengklaim bahwa pemerintahan dunia akan berakhir 15 Agustus 2020 saat ini dalam penyelidikan Polda Jabar. Pihak kepolisian masih menelusuri apakah ada ajaran kelompok ini yang bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Hal itu ditegaskan Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jabar Komisaris Besar Hendra Suhartiyono. Menurut Hendra, pihaknya sudah memonitor komunitas Sunda Empire serta menyiapkan langkah hukum jika ditemukan pelanggaran.
“Sedang kami dalami dan bila perlu siapkan langkah hukum jika memiliki kemiripan dengan Keraton Agung Sejagat di Jawa Tengah,” ujarnya, Jumat (17/1/2020).
Menurutnya, pendalaman yang dilakukan penyidik yaitu merumuskan hal-hal apa yang disebarkan Sunda Empire, yang sudah diatur berdasarkan hukum di Indonesia.
“Kami lagi mendalami, apakah serupa dengan Keraton Agung Sejagat yang di Purworejo, kan beda-beda nih. Kalau pendalamannya sudah lengkap, kami siapkan langkah-langkah antisipasi,” tegasnya.
Kelompok Sunda Empire mencuat tak lama setelah publik dihebohkan dengan kehadiran Keraton Agung Sejagat di Purworejo. Aktivitas Kelompok Sunda Empire beredar luas di media sosial. Namun sampai saat ini, belum ada pihak yang menyatakan diri sebagai perwakilan kelompok tersebut.
Ada kemiripan antara Sunda Empire dan Keraton Agung Sejagat. Dua kerajaan ini menyebutkan kalau pemerintahan dunia akan segera berakhir.
Sunda Empire memberi prediksi pemerintahan dunia akan berakhir pada 15 Agustus 2020 mendatang. Sedangkan Keraton Agung Sejagat mengaku sebagai penerus Kerajaan Majapahit yang akan menjadi penguasa di dunia.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut, kemunculan Sunda Empire juga menunjukkan banyak orang terjebak romantisme masa lalu sehingga menjadi stres.
“Ya kelompok ini (Sunda Empire, red) lagi diteliti oleh Polda. Sebelum ini akan menimbulkan keresahan tadi malam Pak Kapolda sudah melaporkan sedang melakukan penelitian kalau ada aspek pidana kita akan tindak,” kata pria yang karib disapa Emil tersebut, Jumat (17/1/2020).
Emil secara pribadi mengaku ironis dengan keberadaan kelompok yang mengklaim telah menciptakan sebuah tatanan baru bernegara. Padahal, sejarah bangsa seharusnya menjadi pelajaran yang dipetik untuk menghadapi persoalan ke depan.
“Ini banyak orang stres di republik ini, menciptakan ilusi-ilusi yang sering kali romantisme-romantisme sejarah. Anehnya, ada saja orang yang percaya dan menjadi pengikutnya,” kata Emil. (807)