SURABAYA | patrolipost.com – Komplotan produsen ganja sintetis menyewa sebuah apartemen di Surabaya. Jaringan mereka ada di Jakarta dan kota-kota lain. Produk mereka tembakau gayo dari Cianjur yang diolah menjadi ganja sintetis, kemudian dipasarkan secara online dengan tagar #tembakauenak.
Jaringan produsen sekaligus pengedar ganja sintetis ini diungkap Polda Metro Jaya bekerjasama dengan Polda Jawa Timur di salah satu apartemen di Surabaya. Dalam operasi itu, polisi meringkus empat orang di apartemen yang mereka sewa sejak September 2019 lalu. Saat diringkus, mereka sedang pesta sabu.
Kasubdit 1 Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya, AKBP Rahmat Fanani Eko mengatakan, penggerebekan bersama Polda Jatim di Surabaya ini merupakan tindak lanjut pengungkapan kasus pengedaran ganja sintetis di Jakarta, beberapa waktu lalu.
“Mereka yang di Surabaya ini memasok untuk pengedar ganja sintetis di Jakarta,” ujar Fanani, di Surabaya, Jumat, (7/2/2020).
Dalam penggerebekan itu, polisi mengamankan sejumlah barang bukti berupa ganja sintetis seberat 4,8 kilogram yang siap dipaketkan, alat produksi, serta zat kimia lainnya seperti alkohol, perasa, pewarna makanan.
Fanani menyebut, ganja sintetis ini terbuat dari tembakau jenis gayo, yang kemudian oleh para tersangka diracik dengan zat-zat kimia bercampur alkohol 70-80 persen.
“Ganja itu dicampur dengan cara dihamparkan. Lalu disemprot dan dikeringkan, sehingga menjadi ganja sintetis. Zat kimia yang kami amankan ada alkohol 70-80 persen,” katanya.
Empat tersangka yang diamankan adalah ARN, MNH, RTF, dan WA. Untuk peredarannya, kelompok produsen ini memasarkannya secara daring melalui media sosial seperti Line dan Instagram.
“Mereka para pembeli ini pesan dari online. Kemudian dikirim lewat jasa pengiriman. Kodenya ‘tembakau enak’,” kata Fanani.
Saat mengirimkan barang haram tersebut, pelaku juga mengelabui pihak jasa pengirim dengan melakukan kamuflase kemasan ganja sintetis ini lewat modus dimasukkan ke dalam paket pakan burung.
Wadir Reskoba Polda Jatim AKBP Nasriadi mengatakan, berdasarkan keterangan pelaku efek ganja sintetis lebih berbahaya karena dibuat dari bahan kimia.
“Jadi ganja sintetis ini lebih berbahaya, karena tadi kita temukan bahan pembuatannya dengan alkohol 80 persen dan alkohol 70 persen, beserta zat kimia lainnya. Serta kami temukan zat esensial lainnya,” ujar dia seperti dikutip CNNIndonesia.com.
Nasriadi mengatakan, barang haram ini dijual dengan harga yang bervariasi mulai dari kemasan 100 gram Rp 2 juta, 25 gram Rp 600.000 dan kemasan paling kecil Rp 400.000.
“Pasar terbesar mereka di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Makassar,” ucap Nasriadi.
Salah satu tersangka, ARN mengaku telah memproduksi dan mengedarkan ganja sintetis dari apartemen tersebut karena perintah seorang yang disebutnya sebagai ‘bos besar’.
“Baru mulai September tahun lalu. Saya diperintah oleh bos besar untuk mengemas ganja-ganja ini, dengan upah Rp 100.000 perkemasan baik besar maupun kecil,” kata Aisul.
Aisul mengungkapkan bahan baku tembakau jenis gayo ini dipasok dari Cianjur. Tembakau tersebut lalu diproduksi dan dikemas di Surabaya. Setelah barang itu jadi, ia memasarkan melalui Instagram dan media sosial lainnya dengan tagar #tembakauenak.
“Tembakaunya dari Cianjur namanya tembakau gayo jenisnya. Semua bahan ini dikirim oleh bos saya. Lalu saya yang menerima order yang saya pos di Instagram,” lanjut dia.
Aisul mengaku target pasar mereka adalah kalangan menengah ke atas. Serta produksi ganja sintetis ini dikemas berdasarkan jumlah pesanan. Dalam sebulan ia bisa mengedarkan hingga 50 kilogram ganja sintetis. (807)