JAKARTA | patrolipost.com – Satreskrim Polresta Sleman menangkap Elwizan Aminudin di Cibodas, Kota Tangerang. Elwizan Aminudin merupakan seorang buronan yang melarikan diri dari kejaran polisi selama dua tahun.
Sebab, dia telah melakukan penipuan terhadap sejumlah orang dengan menyamar sebagai dokter gadungan. Proses penangkapan Elwizan terbilang memakan waktu lama karena pelaku berpindah-pindah lokasi tempat tinggal.
Diketahui Elwizan pernah bersembunyi dari kejaran polisi di Palembang dan Depok. Bahkan, dia juga beberapa kali mengubah identitasnya. Kartu identitas, yakni KTP, yang semula beralamat di Palembang diubah ke Depok.
Hal ini disampaikan oleh Kasat Reskrim Polresta Sleman AKP Riski Adrian, Rabu (31/1). Pihaknya juga menyampaikan jika anggotanya pernah memeriksa ke dinas terkait di Palembang. Namun ternyata, sudah diubah ke Depok.
Karenanya, penangkapan pelaku terbilang sulit. AKP Riski juga mengungkapkan bagaimana Elwizan memalsukan ijazah dokternya. Yang ternyata menggunakan cara sederhana.
“Jadi simpel ngambil salah satu contoh ijazah di google dia download lantas diedit. Dimasukan dan diubah nama dan dimasukan fotonya,” katanya.
Riski mengungkapkan kalau pekerjaan asli pelaku bukan sebagai dokter. Dari beberapa pertanyaan yang diajukan, ternyata pekerjaan pelaku sama sekali tidak berkaitan dengan dunia kedokteran.
“Sebelum dia bekerja sebagai dokter gadungan di beberapa tim sepak bola itu dia bekerja sebagai kondektur bus kota di daerah Tangerang dia juga sambil usaha jual kelontong,” tambahnya.
Karenanya, ketika menangani para pemain sepak bola yang cedera, Elwizan menggunakan mesin pencarian seperti Google.
Sebab, Elwizan jelas tidak punya pendidikan sekaligus pengalaman sebagai seorang dokter. Hingga dia hanya perlu memanfaatkan teknologi masa kini, yakni gawai dan Google untuk mengobati pasiennya.
Terkait motif, Elwizan mengaku berani menjadi dokter gadungan karena latar belakang ekonomi. Menurut Riski, tersangka ingin mendapatkan pekerjaan yang gajinya lebih tinggi dari pekerjaan sebelumnya.
Parahnya, PSS Sleman bukan satu-satunya tim sepak bola yang pernah mempekerjakan Elwizan. Dari pengakuan tersangka, setidaknya terdapat sembilan klub sepak bola yang mengajaknya bekerja sama, termasuk PSS Sleman.
Tak tanggung-tanggung, Timnas Indonesia juga pernah kecolongan. Meskipun tak punya latar belakang bidang kedokteran.
“Timnya, Persita Tangerang, Barito Putra, Timnas U19, Bali United, Madura United, Sriwjijaya FC, kembali ke Timnas U19, Kalteng Putra, PSS Sleman. Itu dari tahun 2013 sampai 2021,” jelas Riski.
Presiden Direktur PSS Sleman Gusti Randa menuturkan, posisi dokter dalam klub sepak bola profesional memang penting. Hal ini karena para pemain sepak bola mudah mengalami cedera, bahkan ketika sesi latihan tim.
Karenanya, dokter profesional dengan kualifikasi yang jelas tentu diperlukan. Sebab, jika pemain terkena cedera, tak mungkin disembuhkan dengan dibawa ke dukun patah tulang.
Gusti juga mengungkapkan, setahunya hingga saat ini pemain PSS Sleman tidak ada yang komplain setelah dirawat oleh dokter gadungan tersebut.
“Cuma tahu sendiri Saddam sampai hari ini tidak bisa main, belum bisa kami mainkan karena mungkin tidak fit. Saddam cedera saat itu kalau tidak salah dia yang merekomendasikan,” tuturnya. (305/jpc)